PARLEMENTARIA, Sidoarjo – Berdasarkan laporan yang diterima Komisi III DPR RI, Jawa Timur masuk ke dalam urutan 10 provinsi yang memiliki kasus narkotika tertinggi di Indonesia. Maka dari itu, Jawa Timur harus berada di garis depan memerangi narkotika demi menjaga keamanan masyarakat.
Wakil Ketua Komisi III DPR RI Dede Indra Permana Soediro mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersatu melawan ancaman narkotika. Demikian ajakan ini ia sampaikan dalam agenda Kunjungan Kerja Spesifik Komisi III DPR RI ke Markas Polda Jawa Timur, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur, Jumat (22/11/2024).
“Penyalahgunaan narkoba kini bukan lagi isu nasional, melainkan darurat global. Angka pengguna narkotika di dunia mencapai 296 juta orang, naik 12 juta dari tahun sebelumnya. Di Indonesia sendiri, ada 3,3 juta pengguna, dan Jawa Timur menjadi salah satu provinsi dengan angka tertinggi,” ungkap Dede saat memimpin agenda tersebut.
Secara rinci, provinsi Jawa Timur tercatat memiliki 5.000 hingga 6.000 kasus narkotika per tahun dengan melibatkan ribuan tersangka. Selain itu, kota Surabaya, Madura, dan Mojokerto menjadi pusat peredaran ganja dan sabu-sabu. Jenis narkotika tersebut yang paling kerap disalahgunakan.
Namun, ancaman di Jawa Timur tidak hanya sebatas narkoba. Politisi Fraksi PDI-Perjuangan itu juga menyoroti persoalan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas). Menurutnya, Jawa Timur kerap menghadapi gangguan keamanan yang mempengaruhi rasa aman masyarakat.
“Generasi muda kita, usia 15-24 tahun, menjadi korban narkoba paling rentan. Ini bukan hanya tugas aparat, tetapi tugas kita bersama sebagai masyarakat. Polri sudah bekerja keras, tetapi tugas kita adalah memastikan sinergi berjalan optimal. Dari aparat kepolisian hingga masyarakat, kita harus bahu-membahu menciptakan lingkungan yang aman” ujarnya.
Tak hanya berbicara soal angka dan kebijakan, ia menekankan kembali agar seluruh masyarakat Jawa Timur untuk mengambil peran nyata dalam melawan narkoba dan menjaga keamanan. “Ini soal masa depan kita. Jangan biarkan generasi penerus kita tenggelam dalam jerat narkoba dan ancaman kriminal,” serunya.
Kolaborasi antara pemerintah, penegak hukum, dan masyarakat sangat memainkan peran krusial untuk menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Dengan kerja sama yang erat, dirinya optimis provinsi Jawa Timur bisa menjadi provinsi yang aman dan bebas dari ancaman narkotika.
Baginya, ini adalah panggilan untuk bertindak. Bukan hanya aparat penegak hukum, tetapi juga setiap warga Jawa Timu agar bersatu melawan narkoba dan menciptakan lingkungan yang aman untuk seluruh masyarakat Jawa Timur.
“Kita tidak boleh menyerah. Di tengah segala tantangan ini, masih ada harapan. Dengan kerja sama dan kepedulian semua pihak, kita bisa melindungi Jawa Timur dan memastikan generasi muda kita memiliki masa depan yang cerah,” tandas Dede. •ums/rdn