10 December 2024
Isu Lainnya

Bonus Demografi Indonesia Akan Jadi Beban Jika Hanya Menjadi Pasar Produk Impor

  • Mei 16, 2024
  • 0

Wakil Ketua DPR RI Bidang Koordinator Industri dan Pembangunan (Korinbang) Rachmat Gobel. Foto: Azka/vel. PARLEMENTARIA, Jakarta – Wakil Ketua DPR RI Bidang Koordinator Industri dan Pembangunan (Korinbang) Rachmat Gobel

Bonus Demografi Indonesia Akan Jadi Beban Jika Hanya Menjadi Pasar Produk Impor
Wakil Ketua DPR RI Bidang Koordinator Industri dan Pembangunan (Korinbang) Rachmat Gobel. Foto: Azka/vel.

PARLEMENTARIA, Jakarta – Wakil Ketua DPR RI Bidang Koordinator Industri dan Pembangunan (Korinbang) Rachmat Gobel mengingatkan, Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Maka dari itu, menurutnya, hal itu bisa menjadi kekuatan tersendiri bagi Indonesia apabila diberdayakan dengan sebaik-baiknya

“Jika tidak (diberdayakan), maka jumlah penduduk yang besar akan menjadi beban yang sangat besar pula,” ujar Gobel dalam rilis yang diterima Parlementaria, di Jakarta, Rabu (15/5/2024).

Ia mengungkapkan bahwa jumlah penduduk yang besar berarti ketersediaan tenaga kerja yang besar, apalagi Indonesia sedang berada dalam fase bonus demografi. Ini berarti jumlah tenaga produktif sangat besar. Selain itu, jumlah penduduk yang besar berarti jumlah pasar yang besar.

“Jumlah penduduk yang besar ini yang bikin ngiler negara lain untuk menjadikan Indonesia sebagai target pasar mereka. Dengan segala cara pasti mau mereka lakukan. Jika pertahanan Indonesia mudah ditembus dan dibanjiri produk impor maka banyak kerugian yang menimpa Indonesia dan seperti memberi makan buaya yang kemudian mencabik-cabik kita sendiri. Ini namanya kebodohan yang berulang,” paparnya.

“Jika pertahanan Indonesia mudah ditembus dan dibanjiri produk impor maka banyak kerugian yang menimpa Indonesia dan seperti memberi makan buaya yang kemudian mencabik-cabik kita sendiri. Ini namanya kebodohan yang berulang”

Ia menilai, ada lima kerugian yang diungkapkan Gobel akibat Indonesia menjadi negara pelahap impor. Pertama, uang Indonesia untuk membiayai pekerja dan keluarga negara lain. Kedua, pekerja Indonesia kehilangan lapangan pekerjaan.

Ketiga, jika produk impor tersebut digunakan untuk proyek pemerintah maupun BUMN maka dana negara dan dana APBN digunakan untuk membiayai negara lain. Padahal negara dengan susah payah mengumpulkan pajak, bahkan Bea Cukai dihujat netizen akibat pengetatan masuknya barang dari luar negeri.

Keempat, akibat tidak terserapnya tenaga kerja karena industrinya kebajiran impor maka Indonesia kehilangan potensi tenaga-tenaga kreatif karena mereka menganggur. Kelima, akibat pengangguran yang meningkat maka kemiskinan pun meningkat.

“Mereka kemudian harus mendapat bansos maupun pembiayaan jaminan sosial yang  ditanggung negara, yang semuanya menggunakan dana APBN. Jadi akibat jebolnya tanggul impor, Indonesia rugi berlipat-lipat,” tegasnya. •hal/rdn

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *