‘Windfall Commodity’ Berakhir, Anis Ingatkan Indonesia Masuki Periode Perlambatan Ekonomi
- 0
- 2 min read
Anggota Komisi XI DPR RI Anis Byarwati. Foto: Dok/Man.
Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini mengungkapkan dalam laporannya bahwa, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh 4,94 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal III-2023. Walakin, Anggota Komisi XI DPR RI Anis Byarwati menyebut angka tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu 5,73 persen dan dibandingkan kuartal sebelumnya 5,17 persen (yoy).
“Realisasi pertumbuhan ekonomi ini mengakhiri tren pertumbuhan di atas 5 persen selama 7 kuartal terakhir. Artinya Indonesia mulai memasuki periode perlambatan ekonomi yang cukup dalam,” kata Anis dalam keterangan tertulis kepada Parlementaria, di Jakarta, Senin (7/11/2023).
Anis mengungkap setelah menikmati masa ‘bulan madu’ karena adanya windfall commodity (berkah komoditas) sejumlah komoditas unggulan nasional dalam beberapa waktu terakhir, harga komoditas utama Indonesia tersebut mulai mengalami penurunan harga secara perlahan. Di antaranya, seperti minyak sawit, batu bara dan nikel.
“Perlambatan ekonomi disebabkan karena Indonesia telah mengakhiri masa berkah komoditas yang saat ini mengalami penurunan harga secara perlahan”
“Pelemahan ini bisa berdampak besar mulai dari pertumbuhan ekonomi, pendapatan negara, ekspor, hingga kemampuan daya beli masyarakat,” ujarnya.
Legislator Fraksi PKS tersebut menilai pelemahan harga komoditas utama Indonesia, memberikan dampak yang signifikan terhadap kondisi perdagangan internasional Indonesia. Dalam laporan BPS tersebut, tercatat kinerja ekspor yang memiliki distribusi sebesar 21,6 persen mengalami penurunan 4,26 persen dan impor yang memiliki distribusi negatif 19,57 persen mengalami penurunan 6,18 persen.
“Terkoreksinya sumber pertumbuhan net ekspor selaras dengan kinerja perdagangan nasional yang melemah. Indonesia kembali memasuki jalur lambat pertumbuhan ekonomi,” ungkap Wakil Ketua Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR RI tersebut.
Melambatnya pertumbuhan ekonomi Triwulan III tahun 2023, lanjut Anis, menjadi sinyal tanda bahaya bahwa Indonesia masuk dalam perlambatan ekonomi, “Kita belum bisa lepas dari stagnasi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 5 persen, sekarang turun menjadi 4,94 persen,” jelasnya.
Selain itu, upaya Indonesia untuk bisa keluar dari stagnasi pertumbuhan 5 persen, juga dinilai belum cukup kuat. Kondisi ini tentu akan menjadikan langkah Indonesia untuk mengakhiri tahun 2023 dengan pertumbuhan ekonomi 5,3 persen, sebagaimana target dalam APBN 2023, akan menjadi langkah yang sangat sulit. •bia/rdn