11 December 2024
Politik dan Keamanan

Peran Sentral Kerja Sama Selatan-Selatan, Dorong Pembangunan Berkelanjutan

  • September 2, 2024
  • 0

Anggota BKSAP DPR RI, Dyah Roro Esti, saat pidato pembukaan sesi pertama di IAPF di Nusa Dua, Bali, Minggu (1/9/2024). Foto: Dep/vel. PARLEMENTARIA, Nusa Dua – Kerja Sama Selatan-Selatan

Peran Sentral Kerja Sama Selatan-Selatan, Dorong Pembangunan Berkelanjutan
Anggota BKSAP DPR RI, Dyah Roro Esti, saat pidato pembukaan sesi pertama di IAPF di Nusa Dua, Bali, Minggu (1/9/2024). Foto: Dep/vel.

PARLEMENTARIA, Nusa Dua – Kerja Sama Selatan-Selatan (South-South Cooperation/SSC) telah menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan di negara-negara Global Selatan. Dalam sesi pertama Indonesia-Africa Parliamentary Forum (IAPF), anggota Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, Dyah Roro Esti, menekankan pentingnya SSC sebagai strategi kritis dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) pada tahun 2030.

Dyah Roro Esti menjelaskan bahwa Kerja Sama Selatan-Selatan dan Kerja Sama Segitiga telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir. “Kerja sama ini kini mencakup sekitar 28 persen perdagangan global, dengan nilai lebih dari USD 4,5 triliun pada tahun 2020,” ujarnya dalam pidato pembukaan sesi pertama di IAPF di Nusa Dua, Bali, Minggu (1/9/2024).

Indonesia, menurut Dyah, telah menjadi pionir dalam mempromosikan SSC sejak Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955. Konferensi tersebut menjadi momen penting di dunia pasca-kolonial, yang mendasari solidaritas dan kolaborasi antar negara-negara Asia dan Afrika.

Saat ini, lebih dari 120 negara berpartisipasi dalam SSC, mendorong upaya global dalam bidang kesehatan, pertanian, pendidikan, dan transformasi digital. Dyah juga menyoroti bahwa SSC berperan penting dalam menghadapi tantangan bersama dan membuka potensi ekonomi di negara-negara berkembang.

Pentingnya kerja sama ini semakin ditekankan dengan proyeksi bahwa populasi Afrika yang terus berkembang akan mencapai 796 juta dalam angkatan kerja pada tahun 2050. “Dengan proyeksi ini, Afrika memiliki peluang besar untuk pengembangan ekonomi yang inklusif,” tambah Dyah.

Namun, ia juga mengingatkan bahwa potensi pertumbuhan ini hanya bisa terwujud melalui kerja sama strategis yang efektif. Kerja Sama Selatan-Selatan dan Kerja Sama Segitiga memainkan peran penting dalam hal ini, terutama dalam meningkatkan transformasi digital dan inklusivitas ekonomi.

Dalam forum tersebut, para panelis diundang untuk memberikan pandangan mereka tentang bagaimana SSC dapat dimanfaatkan untuk mendorong pembangunan berkelanjutan. Diskusi ini diharapkan dapat menghasilkan strategi konkret untuk memperkuat kerja sama antara Indonesia dan negara-negara Afrika. •aha

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *