#Politik dan Keamanan

Dampak Geopolitik dan Perubahan Iklim pada Pencapaian SDGs: Peran Kerja Sama Selatan-Selatan Jadi Solusi

Wakil Ketua BKSAP DPR RI, Sukamta, saat interupsi dalam sesi pertama Indonesia-Africa Parliamentary Forum (IAPF) di Nusa Dua, Bali, Minggu (1/9/2024). Foto: Dep/vel.
Wakil Ketua BKSAP DPR RI, Sukamta, saat interupsi dalam sesi pertama Indonesia-Africa Parliamentary Forum (IAPF) di Nusa Dua, Bali, Minggu (1/9/2024). Foto: Dep/vel.

PARLEMENTARIA, Nusa Dua – Instabilitas geopolitik, konflik, pandemi, dan perubahan iklim telah menciptakan tantangan serius dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di seluruh dunia. Dalam sesi pertama Indonesia-Africa Parliamentary Forum (IAPF), Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, Sukamta, menyoroti bagaimana faktor-faktor ini menghambat kemajuan global menuju SDGs.

Sukamta menjelaskan bahwa konflik dan ketegangan geopolitik sering kali mengalihkan sumber daya dan perhatian dari upaya pembangunan berkelanjutan. “Geopolitik yang tidak stabil dan konflik regional memperburuk kondisi ekonomi dan sosial, sehingga menghambat pencapaian tujuan pembangunan yang telah ditetapkan,” katanya dalam interupsi di forum tersebut, Nusa Dua, Bali, Minggu (1/9/2024).

Pandemi COVID-19 juga telah memberikan dampak yang signifikan, memperburuk krisis kesehatan dan ekonomi, serta memperlebar ketimpangan sosial. “Pandemi ini menunjukkan betapa rentannya sistem kesehatan dan ekonomi kita, yang mempengaruhi kemajuan dalam pencapaian SDGs secara keseluruhan,” tambah Sukamta.

Selain itu, perubahan iklim terus menjadi ancaman besar bagi pencapaian SDGs, terutama dalam hal ketahanan pangan, air bersih, dan kesehatan. “Perubahan iklim menyebabkan ekstrem cuaca yang mengganggu pola produksi pertanian dan mengancam keberlangsungan sumber daya alam,” ujarnya.

Di tengah tantangan-tantangan ini, Sukamta menekankan bahwa Kerja Sama Selatan-Selatan (SSC) menawarkan solusi yang berpotensi untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut. “Kerja Sama Selatan-Selatan memberikan platform bagi negara-negara berkembang untuk saling berbagi pengetahuan, teknologi, dan sumber daya, serta memperkuat kapasitas lokal untuk mengatasi masalah bersama,” kata Sukamta.

Melalui SSC, negara-negara dapat bekerja sama dalam bidang-bidang kritis seperti mitigasi perubahan iklim, pengelolaan bencana, dan peningkatan ketahanan pangan. Sukamta juga menambahkan bahwa inisiatif seperti ini dapat membantu negara-negara berkembang untuk lebih cepat pulih dari krisis dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.

Secara keseluruhan, Sukamta menegaskan pentingnya memperkuat dan memperluas Kerja Sama Selatan-Selatan sebagai bagian dari strategi global untuk mengatasi tantangan-tantangan besar yang dihadapi dunia saat ini. “Kerja Sama Selatan-Selatan tidak hanya mempercepat pencapaian SDGs tetapi juga membangun solidaritas dan kerjasama yang lebih kuat antar negara berkembang,” tutup Sukamta. •aha

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *