#Politik dan Keamanan

Pertemuan Ketua Parlemen Negara MIKTA Ke-9 Bakal Atasi Tantangan Regional Dan Global Termasuk Pemasalahan Antargenerasi

Gedung DPR RI. Foto: Man.
Gedung DPR RI. Foto: Man.

DPR RI akan menjadi tuan rumah kegiatan Pertemuan Ketua Parlemen Negara MIKTA ke-9 yang akan diselenggarakan di Jakarta pada 19-21 November 2023. MIKTA merupakan forum konsultasi dan kerja sama daripada lima negara yakni Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki dan Australia. Kelima negara ini merupakan negara yang memiliki kekuatan menengah (middle power) yang juga anggota G20. Forum tersebut dibentuk pada tahun 2013 yang bertujuan untuk menjembatani kepentingan antara kelompok negara maju dan negara berkembang.

Saat ini dunia terus menerus menghadapi tantangan transformasi yang tidak pasti yang bersifat transnasional dan memerlukan upaya multinasional untuk mencari solusinya. PBB telah menetapkan 17 tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang bertujuan untuk mengakhiri kemiskinan, mencapai ketahanan pangan, memerangi perubahan iklim, memperjuangkan hak asasi manusia dan keadilan. Namun, kami melihat dunia maish tertinggal dalam memenuhi target pencapaian SDGs apada tahun 2023. Cara generasi saat ini dalam menghadapi tantangan ini mempunyai dampak yang signifikan terhadap penghidupan generasi mendatang. Kita mempunyai kewajiban antargenerasi karena banyak dari tindakan kita didasarkan pada amggapan mengenai manusia di masa depan.

Tantangan antargenerasi umumnya berpusat pada pertukaran pengetahuan, norma dan tradisi udaya, dukungan dan pertukaran sumber daya, serta kondisi dunia antar generasi tua dan generasi muda. Ada rasa kewajiban bagi masyarakat saat ini untuk mengakui hak-hak generasi mendatang. Upaya pemenuhan kebutuhan manusai saat ini harus dilakukan tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.

Pada tahun 2007, Majelis Umum PBB mengadopsi tambahan Program Pemuda Dunia, yang memasukkan Hubungan lintas generasi sebagai prioritas. Tantangan lintas generasi dapat berupa ketimpangan demografi, kemiskinan, perubahan iklim, dan perkembangan teknologi. Permasalahan lintas generasi memerlukan tindakan lintas generasi yang dapat mengatasi ketidakpastian, menangani kompleksitas permasalahan dunia, dan melibatkan generasi mendatang dalam pembangunan masyarakat dan proses pengambilan keputusan.

Tantangan lain yang dihadapi umat manusia adalah munculnya risiko-risiko baru yang belum diketahui yang sekaligus menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat dan pengambil kebijakan, salah satunya adalah risiko yang muncul adalah kecerdasan buatan (AI). Seiring berkembangnya AI, muncul pertanyaan-pertanyaan penting mengenai etika dan sosial mengenai penggunaan mesin dalam pengambilan keputusan dan potensi penggantian kendali manusia. Saat ini AI sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, dan tentunya akan mempunyai peran yang besar di masa depan.

 Tantangan-tantangan transnasional dan antargenerasi ini memerlukan solusi multilateral. Masalah-masalah ini tidak dapat diatasi oleh pemerintah atau lembaga mana pun yang bertindak sendiri. Hal ini memerlukan tindakan kolaboratif antara pemerintah, organisasi internasional, LSM, dan masyarakat global. 17 SDGs yang ditetapkan oleh PBB telah menjadi pedoman bagi setiap negara untuk mengatasi tantangan kemanusiaan. Cakupan dan intensitas transformasi global telah melampaui kesepakatan internasional dalam pengambilan keputusan kelompok. Meningkatnya keterhubungan perekonomian dunia dan pengambilan keputusan yang terintegrasi memerlukan perbaikan institusi tata kelola global untuk mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan dan solidaritas antargenerasi.

MIKTA yang digambarkan sebagai kelompok negara-negara kekuatan menengah memiliki posisi unik terkait kompleksitas struktur pemerintahan global dan regional. MIKTA harus bertindak sebagai fasilitator dalam tata kelola global yang menghubungkan negara-negara berkembang dan maju di seluruh benua. Dengan memanfaatkan kolaborasi kreatif dan inovatif, MIKTA dapat mengatasi tantangan regional dan global, termasuk permasalahan antargenerasi. Penting bagi MIKTA untuk merumuskan rekomendasi kebijakan dan selanjutnya mengambil tindakan komprehensif terhadap isu-isu antargenerasi.

 Oleh karena itu, pada Pertemuan Ketua Parlemen Negara MIKTA ke-9, Indonesia sebagai tuan rumah akan mengangkat tema ‘Strengthen Multilateralism, Addressing Intergenerational Challenges’ dengan tiga subtema besar yang akan dibahas oleh negara-negara anggota MIKTA. Tiga subtema tersebut yakni, Harnessing the Power of Youth: A Better Future (Memanfaatkan Kekuatan Pemuda: Masa Depan yang Lebih), Climate Actions Beyond Pledges and Commitments (Aksi Perubahan Iklim Melebihi dari Sekedar Ikrar dan Komitmen), serta Global Governance in Question: How Parliament Should Acts? (Permasalahan Tata Kelola Global: Bagaimana Seharusnya Parlemen Bertindak?).

Subtema Pertama, Harnessing the Power of Youth: A Better Future diangkat melihat adanya potensi besar pemuda untuk menjadi agen dan mitra dalam mencapai perdamaian dan keamanan internasional, serta SDGs. Generasi muda harus dibekali untuk menghadapi berbagai tantangan, antara lain akses terhadap pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan teknologi. Penting bagi kita untuk memahami cara generasi muda memandang dunia yang akan mereka warisi, dan berinvestasi pada generasi muda dapat bermanfaat karena tindakan mereka akan menentukan masa depan.

Subtema Kedua, Climate Actions Beyond Pledges and Commitments diangkat melihat persoalan mengenai perubahan iklim tidak hanya mengancam penghidupan umat manusia saat ini, namun juga dapat berdampak buruk pada kondisi di masa depan. Perubahan iklim berdampak pada perubahan pola cuaca yang mengancam produksi pangan, hingga kenaikan permukaan air laut yang meningkatkan risiko bencana banjir. Dampak perubahan iklim mempunyai cakupan global dan skalanya tidak ada bandingannya.

Transisi menuju dunia net-zero adalah salah satu tantangan terbesar dalam mengatasi perubahan iklim. Selama beberapa dekade terakhir, pemerintah secara kolektif berjanji untuk memerangi pemanasan global. Meskipun diplomasi semakin intensif, dunia sudah menghadapi dampak perubahan iklim dan diperkirakan akan menjadi lebih buruk. Sebagai agen masa depan, pemuda dapat terlibat dalam proyek perubahan iklim untuk mitigasi dan adaptasi di berbagai organisasi nasional dan internasional.

Terakhir subtema ketiga, Global Governance in Question: How Parliament Should Acts?, MIKTA memandang dunia saat ini berada di persimpangan jalan. Semua krisis yang saling bersinggungan muncul untuk menantang bagaimana multilateralisme mengatasinya. Bahkan saat ini, komunitas global dihadapkan pada teka-teki mengenai efektivitas struktur tata kelola global. MIKTA bertindak sebagai jembatan antara negara maju dan negara berkembang untuk memajukan tata kelola global dan sebagai katalis atau fasilitator dalam meluncurkan dan mengimplementasikan reformasi tata kelola global. •gal/aha

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *