Anggota Komisi IV DPR RI, Sulaeman L. Hamzah saat kunjungan kerja reses Komisi IV DPR RI ke Kebun Raya Mangrove Surabaya, Jawa Timur, Kamis (11/12/2025). Foto : Mar/Andri.
PARLEMENTARIA, Pasuruan — Anggota Komisi IV DPR RI, Sulaeman L. Hamzah, melakukan kunjungan kerja reses ke Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Pasuruan, Jawa Timur, Kamis, 11 Desember 2025. Kunjungan ini menegaskan posisi strategis P3GI sebagai tulang punggung riset dalam pengembangan industri gula nasional yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Dalam pertemuan tersebut, Sulaeman menekankan bahwa riset yang dilakukan P3GI menjadi fondasi utama dalam membangun industri gula berkelanjutan, termasuk untuk mendukung pengembangan perkebunan tebu skala besar di Papua Selatan yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN).
“P3GI punya peran sangat penting. Semua perencanaan industri gula yang kuat harus berbasis data dan riset. Papua Selatan bisa menjadi contoh konkret bagaimana riset dijadikan pijakan sejak awal,” ujar Sulaeman.
Legislator Dapil Papua Selatan ini menjelaskan, pengembangan industri gula di Papua Selatan dirancang secara terpadu, mulai dari perkebunan, pabrik gula, hingga produk turunan seperti bioetanol. Proyek tersebut memiliki total peruntukan lahan sekitar 650 ribu hektare, dengan sekitar 80 ribu hektare yang telah dikelola dan ditargetkan berproduksi penuh pada 2027.
Dalam konteks ini, Sulaeman berharap P3GI Pasuruan berperan aktif sebagai pusat pengembangan inovasi, khususnya dalam riset varietas tebu unggul, teknologi budidaya yang adaptif terhadap karakteristik lahan Papua, serta efisiensi pengolahan di pabrik gula. Menurutnya, keberhasilan pengembangan di luar Pulau Jawa sangat bergantung pada dukungan riset yang kuat dan berkelanjutan.
“Penelitian tidak boleh berhenti di Jawa. P3GI harus ikut mengawal pengembangan tebu di Papua, menjadikannya laboratorium baru berbasis riset nasional,” tegasnya.
Selain pengembangan varietas dan budidaya, Sulaeman juga menyoroti pentingnya peran P3GI dalam mendukung desain pabrik gula modern. Pabrik di kawasan pengembangan baru harus mampu menghasilkan gula konsumsi, gula rafinasi, hingga bioetanol sebagai bagian dari diversifikasi produk dan penguatan ketahanan energi.
Ia menambahkan, riset P3GI juga diperlukan untuk mendukung kebijakan nasional melalui pendataan terpadu sektor gula, mulai dari kebun, pabrik, hingga distribusi. Data yang akurat dinilai krusial agar pemerintah memiliki peta produksi nasional yang jelas dan mampu mengendalikan impor secara tepat.
Kunjungan kerja reses ini diharapkan memperkuat sinergi antara P3GI sebagai lembaga riset, pemerintah sebagai pengambil kebijakan, dan pelaku industri di lapangan. “Kalau riset kuat dan dijadikan dasar kebijakan, swasembada gula bukan sekadar wacana. P3GI punya peran kunci di situ,” tutupnya. •mar/aha