E-Media DPR RI

Legislator Dorong Narasi Budaya Lokal dalam Pemanfaatan Medsos di Sanggar Seni Nini Bili

Anggota Komisi VII DPR RI, Samuel JD Wattimena, saat mengikuti kunjungan kerja spesifik ke Sanggar Seni Nini Bili, Kota Sorong, Papua Barat Daya. Foto: Singgih/vel.
Anggota Komisi VII DPR RI, Samuel JD Wattimena, saat mengikuti kunjungan kerja spesifik ke Sanggar Seni Nini Bili, Kota Sorong, Papua Barat Daya. Foto: Singgih/vel.


PARLEMENTARIA, Sorong
 – Komisi VII DPR RI melakukan kunjungan kerja spesifik ke Sanggar Seni Nini Bili, Kota Sorong, Papua Barat Daya, sebagai bagian dari agenda penguatan sektor ekonomi kreatif nasional. Dalam kegiatan tersebut, Anggota Komisi VII DPR RI, Samuel JD Wattimena, menekankan pentingnya kesiapan pelaku seni dalam memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan karya budaya lokal.

Samuel menjelaskan bahwa karya tari dan berbagai bentuk ekspresi budaya yang diciptakan para seniman memiliki potensi besar untuk disebarluaskan melalui platform digital. Namun, ia mengingatkan bahwa penggunaan media sosial harus dilakukan dengan perencanaan yang matang.

“Jadi tadi saya sampaikan, sangat baik kalau karya-karya tari yang mereka lakukan disyiarkan melalui media sosial. Tapi kalau kita tidak siap, media sosial itu bisa membunuh. Dia bisa backfire,” ujar Samuel, Selasa (2/12/2025).

Ia menekankan pentingnya penyusunan data dan narasi literasi yang tepat agar konten budaya yang ditampilkan dapat dipahami oleh publik luas, termasuk mereka yang bukan berasal dari Papua. Samuel mencontohkan momen penyambutan kunjungan yang diiringi tarian tradisional, di mana masyarakat luar Papua mungkin belum mengetahui makna pakaian, filosofi gerakan, maupun pesan budaya yang terkandung.

“Saat ini, dengan adanya media sosial, kita harus sensitif dalam menampilkan berbagai tontonan yang sekaligus menjadi tuntunan. Setiap daerah memiliki local wisdom yang biasanya disampaikan melalui upacara adat, tarian, atau motif-motif wastra dan kerajinan,” jelasnya.

Menurut Samuel, narasi yang kuat menjadi kunci diferensiasi budaya antar daerah, terutama di era experience economy yang menuntut pengalaman otentik bagi wisatawan dan penikmat budaya. “Narasi ini penting karena itu yang membedakan satu daerah dengan daerah lainnya. Kalau orang datang ke Papua tapi tidak mendapatkan pengalaman khas Papua, untuk apa jauh-jauh datang?” tegasnya. •skr/aha