Ketua BKSAP DPR RI, Syahrul Aidi Maazat menerima delegasi Republik Rwanda yang dipimpin oleh CDA, Mr. Theophile Rurangwa di Ruang Diplomasi BKSAP, Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin, (24/11/2025). Foto : Jaka/Andri.
PARLEMENTARIA, Jakarta – Pimpinan Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI menerima delegasi Republik Rwanda yang dipimpin oleh Chargé d’Affaires (CDA), Mr. Theophile Rurangwa, dalam pertemuan diplomasi parlementer di Ruang Diplomasi BKSAP, Gedung Nusantara III, DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin, (24/11/2025).
Pertemuan ini menjadi momentum penting dalam memperluas jangkauan hubungan bilateral kedua negara yang terus berkembang sejak Rwanda secara resmi membuka kedutaan besarnya di Jakarta pada tahun 2023.
Ketua BKSAP DPR RI, Syahrul Aidi Maazat, dalam sambutannya menegaskan bahwa hubungan Indonesia–Rwanda memiliki fondasi kuat dan ruang besar untuk tumbuh lebih strategis. Ia menyebutkan kerja sama yang telah terjalin, terutama di sektor keamanan, kepolisian, serta pendidikan. Saat ini, lebih dari 30 warga negara Rwanda tengah menempuh studi di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia, menjadi bukti konkret keterhubungan masyarakat kedua negara.
Dari sisi ekonomi, Syahrul menjelaskan bahwa Indonesia selama ini telah mengekspor beberapa komoditas utama ke Rwanda, termasuk minyak sawit (CPO), tekstil, dan produk-produk konsumsi lainnya. Komoditas tersebut menjadi pintu masuk penguatan hubungan perdagangan kedua negara. Namun demikian, ia menyoroti adanya penurunan nilai perdagangan bilateral. Pada 2023, nilai perdagangan Indonesia–Rwanda tercatat sebesar 1,6 juta USD, namun menurun menjadi 0,6 juta USD pada tahun 2024.
“Ini menjadi catatan penting bersama. Penurunan ini tidak boleh membuat kita pesimis, tetapi harus menjadi pemicu untuk melihat peluang lebih besar ke depan. Kami percaya bahwa melalui dialog yang intens dan kerja sama yang lebih terbuka, nilai perdagangan ini dapat kita pulihkan dan tingkatkan kembali,” tegas Syahrul dalam pertemuan tersebut.
Lebih jauh, Syahrul Aidi juga mengajak jajaran BKSAP dan delegasi Rwanda untuk melihat besarnya potensi hubungan jangka panjang. Ia menyoroti bahwa Rwanda memiliki karakteristik yang sangat berbeda dari stigma umum terhadap negara-negara Afrika. Ia mengungkapkan pengalamannya ketika berkunjung ke Rwanda, yang menurutnya merupakan negara dengan tingkat kebersihan, ketertiban, dan keamanan yang sangat baik.
“Rwanda itu bersih, tertib, dan sangat aman. Banyak yang tidak mengetahui bahwa Rwanda kini menjadi salah satu negara paling teratur di Afrika. Bahkan bisa dikatakan sebagai ‘Singapura-nya Afrika’. Mereka mampu bangkit dari tragedi besar perang saudara tahun 1994, dan tidak hanya pulih, tetapi melesat menjadi negara yang jauh lebih maju dibandingkan banyak negara lain yang merdeka lebih lama dan lebih stabil,” jelas Politisi Fraksi PKS ini.
Kisah kebangkitan Rwanda itu, menurut Syahrul, menjadi pelajaran penting bagi banyak negara, termasuk Indonesia, bahwa reformasi tata kelola, disiplin masyarakat, dan konsistensi dalam membangun ekonomi dapat mempercepat kemajuan sebuah bangsa. Ia menegaskan bahwa Indonesia dan Rwanda memiliki peluang besar untuk saling belajar, terutama dalam pembangunan berkelanjutan, inovasi teknologi, pendidikan, dan peningkatan layanan publik.
Pertemuan diplomatik tersebut berlangsung hangat dan produktif. Delegasi Rwanda yang dipimpin Mr. Theophile Rurangwa menyampaikan apresiasi terhadap sambutan BKSAP serta membuka peluang bagi kerja sama lintas sektor. Rwanda menunjukkan minat besar untuk memperdalam hubungan antarparlemen sebagai upaya memperkuat diplomasi kedua negara.
Selain sektor-sektor yang telah terbangun, kedua pihak juga membahas kemungkinan kerja sama baru di bidang investasi, energi, pengolahan komoditas, serta program pertukaran pelajar dan pengembangan kapasitas aparatur pemerintah. Kedua negara sepakat bahwa kerja sama harus diarahkan pada manfaat yang bersifat inklusif, berkelanjutan, dan berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. •bit/rdn