E-Media DPR RI

Penuntasan Masalah Banjir Karangligar, Investasi Krusial bagi Masa Depan Pangan Indonesia

Wakil Ketua DPR RI, Saan Mustopa, saat meninjau lokasi terdampak bencana di Karawang, Jawa Barat, Kamis (20/11/2025). Foto: Nadhen/vel.
Wakil Ketua DPR RI, Saan Mustopa, saat meninjau lokasi terdampak bencana di Karawang, Jawa Barat, Kamis (20/11/2025). Foto: Nadhen/vel.


PARLEMENTARIA, Karawang 
– Kunjungan kerja Wakil Ketua DPR RI, Saan Mustopa, ke Desa Karangligar, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat bukan sekadar meninjau bencana. Melainkan, sebuah misi strategis yang berkaitan langsung dengan stabilitas pangan negara. Saan menegaskan kunjungan ini adalah investasi krusial bagi masa depan pangan Indonesia. 

Diketahui, Desa Karangligar telah lama bergumul dengan predikat banjir abadi, tetapi dampaknya kini dievaluasi dalam konteks yang lebih besar yakni ancaman serius terhadap peran Karawang sebagai lumbung padi nasional.

​Saan menyoroti bahwa masalah genangan air tahunan ini telah merusak produktivitas lahan secara fundamental. Bencana hidrologi yang dipicu oleh luapan Sungai Citarum dan Cibeet ini tidak hanya merendam pemukiman, tetapi juga mengancam areal persawahan produktif.

Menurut data lapangan dan BPBD Karawang, banjir parah seperti yang terjadi pada awal 2024 dan 2025 tercatat telah merendam ratusan rumah dan membuat ribuan jiwa terdampak, dengan ketinggian air yang kerap mencapai 1,5 meter. 

“Karawang sebagai lumbung pangan lumbung padi. Kalau area persawahannya terdampak banjir di sini kan hampir 160 hektar dan ini tiap tahun kena (banjir),” ungkapnya kepada Parlementaria usai kunjungan di Karawang, Jawa Barat, Kamis (20/11/2025).

Kerusakan alam ini, lanjut Saan, secara langsung menggagalkan upaya peningkatan hasil panen. Ia menegaskan bahwa isu ini harus segera diatasi karena bersinggungan langsung dengan salah satu program prioritas nasional.

​Ancaman terbesar yang ditimbulkan adalah degradasi siklus panen. Area sawah yang secara normal mampu menghasilkan dua hingga tiga kali panen dalam setahun, kini terancam hanya bisa panen satu kali karena keterlambatan tanam dan kerugian akibat gagal panam (puso).

“Artinya yang tadi bisa dua kali panen tiga kali panen bisa-bisa setahun cuman satu kali panen. Dan ini tentu akan berdampak pada upaya swasembada pangan ke depannya. Bahkan ketahanan pangan bisa terkendala juga,” tegas Saan yang mengaitkan masalah lokal ini dengan target makro pemerintah.

Menyadari urgensi tersebut, Pemerintah Pusat melalui Kementerian PU, bersama DPR, telah berkomitmen memberikan solusi infrastruktur jangka panjang, bukan sekadar bantuan darurat. Solusi yang tengah disiapkan adalah pembangunan sistem pintu air dan pompanisasi sebagai sarana pengendali banjir. 

Skema ini dirancang untuk memodifikasi aliran air sungai, memompa air kembali ke badan sungai saat terjadi luapan, sekaligus melindungi lahan pertanian. Saan Mustopa menekankan bahwa solusi ini harus bersifat permanen dan hemat biaya.

“Pemerintah juga membangun itu tidak tiap tahun membangun, tapi itu juga pasti ada yang namanya penghematan. Jangan sampai tahun ini dibangun tahun besok sudah rusak lagi karena banjir. Tapi dengan tertangani pemerintah pun hasil yang dia lakukan bisa terlihat secara langsung,” jelas Politisi Fraksi Partai NasDem ini.

Komitmen anggaran besar telah disiapkan untuk memastikan infrastruktur ini mampu bertahan dan melindungi area Karangligar selama bertahun-tahun. Proyek pengendali banjir ini diharapkan menjadi titik balik, yang tidak hanya memberikan kepastian hidup bagi ribuan warga Karangligar, tetapi juga memastikan bahwa 160 hektar sawah produktif di sana dapat diselamatkan. 

“Kalau ini bisa diselesaikan dan ini menjadi komitmen Pemerintah Pusat melindungi masyarakat dan sekaligus untuk bisa ketahanan pangan itu bisa terselesaikan dengan baik,” pungkasnya. •ndn/rdn