E-Media DPR RI

Ketika Claudia Bercerita, Esti Wijayati Melihat Masa Depan Pendidikan Indonesia

Wakil Ketua Komisi X DPR RI, MY Esti Wijayati, menyerahkan simbolis bantuan KIP Kuliah kepada Claudia, penerima manfaat di Dendengan Luar, Manado, Sulawesi Utara, Minggu (5/10/2025). Foto: Ubed/vel.
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, MY Esti Wijayati, menyerahkan simbolis bantuan KIP Kuliah kepada Claudia, penerima manfaat di Dendengan Luar, Manado, Sulawesi Utara, Minggu (5/10/2025). Foto: Ubed/vel.


PARLEMENTARIA, Manado –
 Suara tawa kecil memecah keheningan sore di sebuah rumah sederhana di kawasan Dendengan Luar, Manado, Sulawesi Utara. Di ruang tamu yang penuh kehangatan, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, MY Esti Wijayati, berbincang akrab dengan dua gadis muda penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah, Cinta dan Claudia. Sesekali, Esti tersenyum sembari menatap keduanya dengan pandangan bangga, seolah melihat secercah masa depan bangsa yang tengah berjuang menembus batas ekonomi demi meraih pendidikan tinggi.

Kunjungan kerja reses Komisi X pada Minggu (5/10/2025) itu tak sekadar agenda formal. Lebih dari itu, ia datang untuk memastikan bahwa semangat belajar anak-anak penerima KIP Kuliah benar-benar mendapat tempat, dan bahwa bantuan negara sampai kepada mereka yang sungguh membutuhkan. “Kita punya harapan besar kepada pemerintah agar KIP Kuliah ini benar-benar tepat sasaran dan menjadi dukungan nyata bagi anak-anak kita yang punya semangat kuliah, tetapi terbentur keterbatasan biaya,” ujarnya kepada Parlementaria.

Esti menganggap Cinta dan Claudia bukan sekadar penerima manfaat, melainkan simbol harapan bagi masa depan bangsa. “Claudia ini adalah harapan kita ke depan, juga harapan keluarganya. Kami yakin, Claudia akan jadi anak hebat yang bersungguh-sungguh mengejar cita-citanya,” tutur politisi Fraksi PDI-Perjuangan itu dengan nada penuh empati.

Suasana haru pun tak terelakkan ketika ibu Claudia menyampaikan rasa terima kasihnya. Dengan mata berkaca-kaca, ia berkata lirih, “Kami berterima kasih kepada Ibu Esti dan pemerintah. Bantuan ini sangat berarti bagi anak kami.” Momen itu menjadi potret nyata bagaimana kebijakan negara bisa menyentuh kehidupan masyarakat hingga ke pelosok, menjembatani cita-cita generasi muda dari keluarga kurang mampu.

Bagi Esti, keberhasilan program KIP Kuliah tidak cukup diukur dari angka penerima atau serapan anggaran, melainkan dari seberapa besar pengaruhnya dalam mengubah hidup penerima dan keluarganya. Karena itu, ia menekankan pentingnya evaluasi langsung di lapangan untuk memastikan penyaluran tepat sasaran. “Dengan melihat langsung kondisi keluarga Claudia, saya kira tidak ada keraguan bahwa bantuan ini sangat tepat sasaran,” tegasnya.

Ia juga mengapresiasi peran masyarakat dan perangkat daerah yang turut mengawal jalannya program agar tidak salah sasaran. Menurutnya, kolaborasi seperti ini menjadi kunci keberhasilan program pendidikan berbasis keadilan sosial. “Negara tidak bisa bekerja sendiri. Dukungan masyarakat sangat penting agar anak-anak berprestasi tetap bisa kuliah,” tambahnya.

Esti berkomitmen, bersama Komisi X DPR RI, untuk terus memperjuangkan agar program KIP Kuliah tidak hanya berlanjut, tetapi juga diperkuat baik dari sisi anggaran, kuota, maupun sistem pelaksanaannya. “Kami akan terus berjuang agar KIP Kuliah tetap ada. Program ini telah membantu banyak anak-anak seperti Claudia yang punya semangat tinggi untuk maju, tapi terkendala ekonomi. Negara harus hadir di situ,” tegasnya.

Dalam kunjungan tersebut, Esti tidak sendiri. Turut hadir pula sejumlah Anggota Komisi X DPR RI, yakni Muhammad Nur Purnamasidi, Karmila Sari, Ruby Chairani Syiffadia, Habib Syarief Muhammad, dan Muhammad Hoerudin Amin. Mereka bersama-sama menyaksikan bagaimana pendidikan benar-benar menjadi jembatan harapan di tengah keterbatasan.

Kehadiran wakil rakyat di rumah kecil itu menegaskan satu hal, bahwa pendidikan bukan sekadar program, melainkan janji bangsa untuk tidak meninggalkan satu pun anak yang ingin belajar. Dan di balik senyum Cinta dan Claudia sore itu, tersimpan keyakinan bahwa harapan masih hidup selama ada kepedulian yang nyata dari negara dan para pemangku amanahnya. •uf/rdn