
Anggota Komisi VI DPR RI I Nengah Senantara saat mengikuti Kunjungan Kerja Masa Reses (Kunres) Komisi VI DPR RI ke Kota Denpasar, Provinsi Bali, Jumat (3/10/2025). Foto: Anju/vel.
PARLEMENTARIA, Denpasar – Anggota Komisi VI DPR RI I Nengah Senantara menegaskan pentingnya kehadiran Bali International Hospital (BIH) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur sebagai rumah sakit bertaraf internasional yang mampu menjadi pesaing serius negara-negara tetangga.
“Tadi kita sudah mengunjungi beberapa titik yang merupakan project yang sudah diselesaikan oleh Bali International Hospital. Saya melihat, saya menyaksikan sendiri, optimis untuk ini bisa bersaing dengan negara-negara lain,” kata I Nengah Senantara kepada Parlementaria usai mengikuti rapat Kunjungan Kerja Masa Reses (Kunres) Komisi VI DPR RI ke Kota Denpasar, Provinsi Bali, Jumat (3/10/2025).
Menurutnya, KEK Sanur yang difokuskan pada sektor kesehatan adalah satu-satunya KEK kesehatan di Indonesia. Kehadirannya tidak hanya bertujuan mendorong investasi, tetapi juga menjadi contoh pengembangan industri kesehatan yang dapat direplikasi di daerah lain.
“Tentu juga harapannya untuk pemerataan dengan daerah-daerah lain. kebetulan, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk kesehatan dipilih satu-satunya ada di Bali. Dari seluruh Indonesia. Dan ini akan merupakan salah satu contoh industri kesehatan yang bisa digunakan juga untuk daerah-daerah lain,” ujarnya.
Politisi Partai NasDem ini menyoroti fakta bahwa setiap tahun sekitar Rp 150 triliun dana masyarakat Indonesia mengalir ke luar negeri untuk berobat, dengan jumlah pasien mencapai dua juta orang. Negara tujuan utama meliputi Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang, dan Korea.
“Jangan sampai nanti, harga kita mahal tentu harapannya negara untuk menghadirkan sebuah rumah sakit yang awalnya untuk mengambil market yang ada. Yang kita tahu bahwa, setiap tahunnya hampir 150 triliun market Indonesia pergi ke luar negeri untuk berobat. Dan hampir 2 juta per tahun itu, jumlah masyarakat Indonesia berobat ke luar negeri. Ada tujuannya ke Singapura, ada tujuannya ke Malaysia, ada tujuannya ke Thailand, Korea, dan Jepang. Inilah bangsa pasar Bali internasional Hospital yang akan digarap,” tegasnya.
Selain itu, Ia menilai BIH perlu menetapkan prioritas layanan medis. “Catatan saya tadi juga, saya lebih menekankan, kira-kira priority-nya apa saja medical yang akan digarap. Karena dari awal, tidak mungkin menggarap-menggarap semua. Persoalan yang ada tadi dijelaskan, yang paling utama itu adalah kecantikan. Termasuk ada Stem Cell-nya juga. Yang kedua, tentu ada kanker, dan ada yang lain-lain lagi,” ungkapnya.
Hingga saat ini, dari total rencana investasi Rp10,5 triliun, sudah terserap hampir Rp5 triliun. “Artinya, perkembangannya cukup bagus. Jadi harapan saya di Komisi VI DPR RI, tentu uang yang ditanamkan oleh BUMN, pertama bisa dinikmati oleh masyarakat Indonesia. Mendapatkan harga yang kompetitif dengan negara lain,” tambahnya.
Sebagai Legislator dari Dapil Bali ini, Senantara menegaskan pentingnya kearifan lokal dalam pengembangan BIH. “hampir 90% tenaga lokal sudah terserap. Dan yang kedua, yang lebih menyenangkan buat saya, saya dari partai Nasdem Daerah Pemilihan (Dapil) Bali, itu UMKM-nya 100% berasal dari Bali. Karena, ini memang tujuan utama dari pembangunan Rumah Sakit Internasional di Bali,” katanya.
Selain harga, faktor akses juga menjadi tantangan. “Karena, perjalanan dari daerahnya menuju Penang (Malaysia), itu transport dengan pesawat sekitar Rp 400 ribu. Jadi, tidak mungkin ke Bali. Kalau dari daerahnya di Makassar ke Bali, biaya transportnya ke sini (Bali), berkisar 1 juta lebih. Jadi, itu salah satunya,” jelasnya.
Namun menurut Senantara, faktor paling menentukan adalah kualitas dokter. “Tetapi yang lebih penting buat saya, di samping itu adalah kualitas dokter yang ditampilkan di Rumah Sakit Internasional Bali ini, harus bersaing bener. Jadi, harus yang benar-benar profesional, yang mempunyai track record yang jelas di dunia Internasional. Pasti menang persaingan kita,” pungkasnya. •aas/aha