Wakil Ketua Komisi X DPR RI, MY Esti Wijayati saat kunjungan kerja di SMPN 3 Manggis, Karangasem, Provinsi Bali, Jumat (12/12/2025). Foto : Upi/Andri.
PARLEMENTARIA, Karangasem — Wakil Ketua Komisi X DPR RI, MY Esti Wijayati, menyoroti kondisi memprihatinkan SMP Negeri 3 Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali, yang kembali terdampak banjir akibat luapan sungai di sekitar sekolah.
MY Esti menyampaikan bahwa banjir telah memasuki sekitar 20 ruang kelas, sehingga menyebabkan kerusakan pada sejumlah sarana penunjang pembelajaran, termasuk laboratorium komputer dan koleksi buku perpustakaan.
“Kami melihat langsung situasinya. Air masuk ke sekitar 20 ruang kelas, merusak laboratorium komputer, beberapa unit komputer terendam, termasuk komputer baru yang bahkan belum sempat dibuka segelnya. Buku-buku perpustakaan juga terdampak, meskipun pihak sekolah sudah berupaya mengantisipasi karena banjir ini sering terjadi,” ujar MY Esti kepada Parlementaria di SMPN 3 Manggis, Karangasem, Provinsi Bali, Jumat (12/12/2025).
Ia menjelaskan bahwa persoalan utama tidak semata pada bangunan sekolah, melainkan pada kondisi sungai yang berada tepat di sisi sekolah. Sungai tersebut berada di bawah kewenangan Balai Wilayah Sungai (BWS) dan telah lama tidak dinormalisasi.
“Pendangkalan sungai inilah yang menyebabkan banjir terus berulang. Bukan hanya SMPN 3 Manggis yang terdampak, tetapi juga kawasan sekitar yang dihuni sekitar 3.000 jiwa. Jadi penyelesaiannya tidak bisa parsial,” tegas Politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini.
Menurut MY Esti, perbaikan pagar sekolah atau penggantian fasilitas yang rusak tidak akan efektif tanpa disertai normalisasi sungai secara menyeluruh dan rutin. Oleh karena itu, ia mendorong Pemerintah Kabupaten Karangasem segera berkoordinasi dengan BWS untuk melakukan normalisasi sungai yang berada tepat di samping sekolah.
“Kami berharap pemerintah daerah segera berkomunikasi dengan BWS. Normalisasi sungai harus dilakukan supaya banjir tidak terus berulang dan mengganggu proses pembelajaran,” katanya.
My Esti juga menyoroti dampak banjir terhadap kesiapan sekolah dalam menghadapi Tes Kemampuan Akademik (TKA) yang akan dilaksanakan pada Maret mendatang. Seluruh siswa SMPN 3 Manggis telah terdaftar mengikuti TKA, sementara fasilitas komputer justru mengalami kerusakan akibat banjir.
“Komputernya rusak karena terendam air. Padahal Maret ini TKA akan dilaksanakan. Kami sudah meminta Ditjen Dikdasmen untuk segera melakukan penanganan agar TKA tetap bisa dilaksanakan di sekolah ini,” ujarnya.
Ia menambahkan, meskipun secara psikologis para siswa relatif tangguh dan menunjukkan semangat gotong royong pasca bencana, negara tetap tidak boleh abai terhadap dampak jangka panjang yang mengancam hak anak atas pendidikan yang layak.
“Siswa-siswanya luar biasa, saling membantu, kerja bakti, tidak terlalu berdampak secara psikologis. Tapi kita tidak bisa membiarkan sekolah menanggung beban sendiri untuk membeli komputer baru, karena dananya sudah digunakan dan sekarang rusak akibat bencana,” jelasnya.
Terkait wacana relokasi sekolah, My Esti menilai hal tersebut tidak mudah dilakukan dalam waktu dekat. SMPN 3 Manggis memiliki 24 rombongan belajar dengan jumlah siswa lebih dari 800 orang.
“Tidak mudah memindahkan lebih dari 800 anak. Pindah ke mana? Apakah ada sekolah kosong dengan kapasitas sebesar itu? Karena itu, solusi paling realistis saat ini adalah normalisasi sungai yang dilakukan secara serius dan rutin,” tegasnya.
Ia menutup dengan menekankan pentingnya koordinasi lintas kementerian, termasuk dengan Kementerian Pekerjaan Umum, agar persoalan banjir di SMPN 3 Manggis dapat ditangani secara komprehensif dan tidak terus berulang, sehingga hak pendidikan anak-anak tetap terjamin. •upi/rdn