Wakil Ketua Komisi X DPR RI, My Esti Wijayati saat Kunjungan Kerja Spesifik Komisi X DPR RI di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (3/12/2025). Foto : Ulfi/Han.
PARLEMENTARIA, Yogyakarta – Wakil Ketua Komisi X DPR RI, My Esti Wijayati, menegaskan bahwa keberadaan Politeknik Teknologi Nuklir (PTN) BRIN di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki nilai strategis dalam pengembangan sumber daya manusia Indonesia di bidang teknologi nuklir dan rekayasa terapan.
Menurut My Esti, banyak anggota Komisi X yang baru mengetahui bahwa Indonesia memiliki politeknik khusus teknologi nuklir dengan fasilitas pendidikan yang sebelumnya berada di bawah BATAN. “Kami melihat langsung bahwa lembaga ini memiliki mandat penting dalam menyiapkan SDM berkualitas. Setiap tahun sekitar 180 lulusan terserap hampir seluruhnya di dunia kerja. Ini menunjukkan adanya kebutuhan riil dan relevansi keilmuannya,” ujarnya My Esti kepada Parlementaria di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (3/12/2025).
Ia menegaskan bahwa program studi di politeknik tersebut mengandung kekhususan akademik yang tidak dimiliki lembaga pendidikan lain. Keilmuan yang diajarkan tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga mendukung kebutuhan industri modern, kesehatan, energi, dan berbagai sektor strategis lainnya.
Dalam peninjauannya, My Esti menyampaikan bahwa penguatan peran BRIN sebagai lembaga riset nasional belum sepenuhnya berjalan optimal di tingkat daerah. Koordinasi antara BRIN dengan pemerintah provinsi, kabupaten/kota, maupun kampus dinilai masih lemah dan tidak memiliki pola kolaborasi yang jelas.
“Komisi X melihat koordinasi dan kolaborasi BRIN dengan daerah masih belum optimal. Bahkan cenderung hanya tersambung tanpa arah strategis yang kuat. Ini harus segera dibenahi,” tegasnya Politisi Fraksi PDI-Perjuangan.
Ia meminta BRIN untuk membangun koordinasi formal dan berkala dengan pemerintah daerah, menyusun kolaborasi riset berbasis kebutuhan lokal, mempercepat penandatanganan MoU yang operasional, serta memperkuat kemitraan dengan kampus dan lembaga pendidikan di Yogyakarta.
Menurutnya, pemerintah daerah tidak perlu memiliki peneliti sendiri. Yang penting adalah daerah mampu menyampaikan kebutuhan riset, dan BRIN bersama kampus siap menyediakan dukungan ilmiah serta inovasi yang dibutuhkan.
My Esti juga menyoroti pentingnya riset berbasis potensi daerah agar hasil inovasi benar-benar mampu memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat. Ia mencontohkan potensi besar Gunungkidul dalam pengembangan varietas unggul ketela, inovasi produk turunan salak, serta pemanfaatan bambu menjadi produk bernilai tinggi.
“BRIN memiliki kapasitas untuk mengangkat potensi lokal agar naik kelas. Misalnya ketela Gunungkidul yang bisa dikembangkan menjadi varietas istimewa, atau bambu yang dapat diolah menjadi aksesori modern seperti wadah tumbler. Ini sederhana, tapi berdampak besar bagi ekonomi masyarakat,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa pelatihan, pendampingan teknologi, dan riset kolaboratif harus menjadi fokus agar masyarakat daerah dapat memahami nilai ekonomi dari potensi yang selama ini belum diolah secara optimal.
“Kami meminta agar langkah koordinasi dan kolaborasi segera dilaksanakan, dan Komisi X akan mengawal proses ini. Politeknik Teknologi Nuklir dan BRIN harus memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan riset nasional dan peningkatan kualitas SDM kita,” pungkasnya. •upi/aha