Anggota Komisi VII DPR RI Bane Raja Manalu saat mengikuti pertemuan di Kawasan Danau Toba, Provinsi Sumatera Utara, Senin (1/12/2025). Foto: Dep/vel.
PARLEMENTARIA, Toba – Anggota Komisi VII DPR RI Bane Raja Manalu menegaskan pentingnya penguatan ekosistem ekonomi kreatif di sektor tenun ulos sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Tapanuli Raya, khususnya Tapanuli Utara, Toba, dan Samosir. Daerah tersebut merupakan sentra utama penghasil ulos di Sumatera Utara, namun banyak pengrajin masih menghadapi tantangan serius.
Bane mengungkapkan, meski menjadi penghasil utama, sebagian besar pengrajin ulos masih bergantung pada utang bahan baku seperti benang, hingga kesulitan memasarkan produk mereka. Karena itu, ia menilai pemerintah perlu melakukan intervensi terarah agar para pengrajin dapat berkembang dan berdaya saing.
Menurutnya, penguatan kualitas produk penting dilakukan mulai dari pelatihan desain, pewarnaan, hingga teknik pembuatan ulos. Tidak hanya itu, akses terhadap bahan baku dan permodalan juga harus diperkuat. Bane menekankan bahwa program pendampingan jangka panjang wajib menjadi fokus pemerintah.
“Jangan hanya sistem datang-pergi untuk bimtek. Harus ada pendampingan jangka panjang, minimal tiga tahun, sampai para pengrajin benar-benar lulus dan layak masuk pasar serta menjadi produk kebanggaan Sumatera Utara,” ujarnya di Kawasan Danau Toba, Provinsi Sumatera Utara, Senin (1/12/2025).
Bane memastikan bahwa Komisi VII siap memberikan dukungan melalui kebijakan dan penganggaran, terutama untuk mendorong alokasi dana yang memadai bagi pelatihan dan pendampingan pengrajin. Ia juga menyambut positif rencana perluasan akses Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi sektor ekonomi kreatif, yang pada 2026 disebut telah disiapkan sebesar Rp10 triliun.
“Kalau perbankan sudah siap memberi akses modal bagi pelaku ekraf, maka kementerian harus sejalan. Para pengrajin harus benar-benar dilatih agar bankable,” tegasnya.
Bane berharap ulos dapat semakin dikenal, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia internasional. Ia ingin ulos menjadi bagian dari fashion global, yang hanya dapat tercapai jika ulos mampu berkembang menjadi brand yang kuat dan dipercaya.
“Harapan kita, masyarakat Indonesia dan internasional menjadikan ulos sebagai bagian dari pakaian sehari-hari. Tapi itu semua butuh proses dan penguatan brand,” tutupnya. •dep/aha