Anggota Komisi XIII DPR RI, Almuzzammil Yusuf saat mengikuti Kunjungan Kerja Spesifik Komisi XIII di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kalimantan Barat, Kamis (20/11/2025). Foto: Runi/vel.
PARLEMENTARIA, Pontianak – Anggota Komisi XIII DPR RI, Almuzzammil Yusuf memberikan apresiasi terhadap berbagai terobosan pengelolaan lapas yang telah dilakukan di sejumlah wilayah di Indonesia. Sebagai contoh Lapas di Poring Surabaya sudah melakukan hubungan kerja sama dengan perusahaan mabel dalam memproduksi furniture yang bernilai ekspor yang dikerjakan oleh warga binaan.
“(Karena itu), saya mendorong pengusaha di Kalimantan Barat untuk bekerja sama dengan Lapas dan Rutan khususnya untuk membuka usaha serta memperkejakan warga binaan,” ungkapnya kepada Parlementaria usai mengikuti Kunjungan Kerja Spesifik Komisi XIII bersama Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Kepala Lapas, dan Kepala Rutan di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kalimantan Barat, Kamis (20/11/2025). Kunjungan ini dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan dengan tema Penguatan dan Evaluasi Sistem Pemasyarakatan di Kalimantan Barat untuk Menjawab Tantangan Overkapasitas, Mendorong Pembinaan, serta Inovasi Menuju Lapas yang Humanis dan Berkeadilan di Wilayah Perbatasan.
Berkaitan dengan asimilasi warga binaan sebelum kembali ke masyarakat, Politisi Fraksi PKS ini juga mendorong untuk melakukan pembinaan dengan membuka usaha di dalam lapas dan rutan. Program ini, menurutnya, dapat program nasional Kementrian Imigrasi dan Permasyarakatan.
Ia menilai langkah menghadirkan industri produktif di dalam lapas dapat menjadi solusi efektif mengatasi persoalan overkapasitas dan sekaligus memberikan keahlian serta penghasilan bagi warga binaan.
“Jika model seperti di Surabaya ini diterapkan di berbagai Lapas, ini akan membantu menyelesaikan persoalan kriminalitas sekaligus menciptakan nilai ekonomi,” ujarnya.
Ia mencontohkan beberapa lapas di Jawa Barat yang telah memanfaatkan area lapas untuk produksi tenda hingga kegiatan industri lainnya.
Berkaitan dengan overkapasitas Lapas, ia menilai kondisi itu semakin parah. Menurutnya, angka penghuni Lapas secara nasional telah melonjak dari 2.653 menjadi lebih dari 7.443 orang di beberapa titik, atau hampir tiga kali lipat dari kapasitas sebenarnya.
“Kondisi ini sudah tidak manusiawi. Saya pernah masuk ke Lapas yang penghuninya harus bergantian tidur, bahkan ada yang menggantung kain sebagai ayunan untuk tidur. Ini sangat memprihatinkan,” ujarnya.
Karena itu, ia mengingatkan bahwa kondisi Lapas yang terlalu padat bukan hanya tidak manusiawi, tetapi juga berbahaya dari sisi keamanan. “Kalau sampai ada perlawanan di Lapas, pendeteksian akan sangat sulit. Ini risiko besar. Maka kita perlu terobosan yang bukan hanya menambah bangunan, tapi mengubah pola pemasyarakatan,” tegasnya. •rni/rdn