E-Media DPR RI

Hendry Munief: Penguatan IKM sebagai Fondasi Daya Saing Industri Nasional

Anggota Komisi VII DPR RI Hendry Munief saat mengikuti Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR RI dengan Dirjen ILMATE Kementerian Perindustrian RI dengan menghadirkan asosiasi-asosiasi di Gedung Nusantara I, Kamis (13/11/2025). Foto: Mario/vel
Anggota Komisi VII DPR RI Hendry Munief saat mengikuti Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR RI dengan Dirjen ILMATE Kementerian Perindustrian RI dengan menghadirkan asosiasi-asosiasi di Gedung Nusantara I, Kamis (13/11/2025). Foto: Mario/vel


PARLEMENTARIA, Jakarta –
Anggota Komisi VII DPR RI Hendry Munief menilai sektor industri logam, mesin, alat transportasi, dan elektronika (Ilmate) menunjukkan kinerja positif sepanjang tahun 2025. Namun, ia menekankan pentingnya memperkuat peran industri kecil dan menengah (IKM) sebagai fondasi daya saing industri nasional.

“Sejalan dengan target Presiden Prabowo untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen. Walaupun masih ada tantangan, misalnya penurunan di industri alat transportasi, saya yakin hal ini masih bisa kita atasi bersama,” ujar Hendry dalam rapat kerja Komisi VII di Gedung Nusantara I, DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (13/11/2025).

Diketahui dalam rapat bersama Kementerian Perindustrian, Hendry mengapresiasi capaian pertumbuhan sektor Ilmate yang meningkat cukup signifikan. Berdasarkan data yang dipaparkan oleh Kementerian Perindustrian, pertumbuhan sektor tersebut mencapai 5,53 persen dari Januari hingga September 2025, dengan pertumbuhan tenaga kerja sebesar 6,62 persen dan nilai investasi meningkat dari Rp161 triliun menjadi Rp181 triliun, atau naik 12,57 persen year-on-year.

Lanjutnya, Komisi VII saat ini tengah membahas dua hal penting yakni Rancangan Undang-Undang daya saing industri nasional dan Kawasan Industri. Menurutnya, pembahasan ini harus diarahkan pada kolaborasi strategis antara industri besar dan IKM agar pertumbuhan industri tidak hanya terkonsentrasi pada skala besar, tetapi juga mampu mengangkat pelaku usaha kecil menengah di daerah.

“Saya berulang kali menyampaikan, seharusnya industri besar itu menjadi semacam kakak asuh bagi industri kecil menengah. Mereka harus menjadi pembina yang bisa mengangkat kapasitas IKM agar mampu masuk ke rantai pasok industri nasional,” tegas Politisi Fraksi PKS ini.

Ia juga menyoroti model penguatan IKM di negara-negara Asia seperti Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok. Ia menyebut, Indonesia dapat mengambil pelajaran dari sistem Keiretsu di Jepang, subsidi smart factory di Korea dan Tiongkok, serta pembentukan material center strategis di Tiongkok.

“Di Jepang, fokusnya pada pelatihan teknik tinggi untuk keahlian presisi. Korea dan Tiongkok mempercepat adopsi industri 4.0 dengan dukungan subsidi pabrik pintar. Sementara di Tiongkok, material center membantu IKM mendapatkan bahan baku berkualitas dengan harga kompetitif. Semua pendekatan ini relevan bagi Indonesia untuk mengatasi ketergantungan impor dan memperkuat substitusi impor,” jelasnya.

Berdasarkan kajian tersebut, Hendry menyampaikan sejumlah rekomendasi strategis untuk meningkatkan daya saing sektor Ilmatek, khususnya dengan memperkuat peran IKM antara lain, pertama, Integrasi IKM ke Rantai Pasok Global. Melalui program twinning and mentoring supplier development, industri besar diminta bermitra dengan IKM lokal agar mereka mampu memenuhi standar kualitas dan sertifikasi internasional yang dibutuhkan untuk memproduksi komponen substitusi impor.

Kedua, Modernisasi Teknologi dan Kualitas IKM. Hendri mendorong pendirian pusat pelayanan teknologi bersama atau shared technology service center yang dilengkapi dengan mesin presisi berbasis industri 4.0. 

“Pusat ini diharapkan membantu IKM meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi,” jelasnya.

Ketiga, Penguatan SDM IKM Melalui Pendidikan Vokasi. Ia menilai pentingnya pelatihan keahlian spesifik di bidang pengelasan presisi, pemeliharaan mesin otomatis, dan teknologi intermediate lainnya. Kementerian Perindustrian diharapkan memaksimalkan peran 13 politeknik dan SMK binaan untuk melahirkan tenaga kerja industri yang terampil dan siap pakai.

“Kita harus memastikan IKM kita memiliki kemampuan teknis, akses bahan baku, dan dukungan teknologi agar bisa naik kelas. Semakin besar dunia industri, semakin penting kekuatan IKM di dalamnya,” pungkas Hendry. •gal/rdn