E-Media DPR RI

Rembuk Budaya Tegal Saat Reses, Fikri Faqih Dorong Sastra Lokal Masuk Kurikulum Sekolah

Anggota Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih saat menggagas Rembuk Budaya Tegal di Pelataran Sastra Piek Ardiyanto Supriyadi, Kota Tegal, Jawa Tengah, Rabu (15/10/2025). Foto : Ist/Andri.
Anggota Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih saat menggagas Rembuk Budaya Tegal di Pelataran Sastra Piek Ardiyanto Supriyadi, Kota Tegal, Jawa Tengah, Rabu (15/10/2025). Foto : Ist/Andri.


PARLEMENTARIA, Jakarta
 – Anggota Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih menggagas Rembuk Budaya Tegal di Pelataran Sastra Piek Ardiyanto Supriyadi, Kota Tegal, Jawa Tengah, Rabu (15/10/2025) di Tegal.

Acara yang digelar pada masa reses anggota dewan ini, bekerja sama dengan Kementerian Kebudayaan RI dan bertujuan merawat dan mengembangkan kekayaan budaya lokal. Acara ini dihadiri oleh puluhan seniman, budayawan, dan generasi muda. 

Agenda yang digelar ini diharapkan menjadi momentum untuk memperkuat kekhasan budaya Tegal, memastikan kekayaan lokal tidak hanya dilestarikan, tetapi juga dikembangkan dengan kreativitas agar tetap relevan.

Legislator dari daerah pemilihan Jawa Tengah IX (meliputi Kabupaten dan Kota Brebes serta Tegal), menegaskan bahwa kegiatan ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. 

“Pemajuan budaya harus mencakup empat pilar utama, yakni perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan,” kata pria yang akrab disapa Fikri ini dalam keterangannya kepada Parlementaria, di Jakarta.

Fokus utama dari Rembuk Budaya adalah mendesak agar kekayaan lokal Tegal, khususnya sastra, diintegrasikan ke dalam pendidikan.

Menanggapi hal ini, Fikri mendukung penuh upaya tersebut. Ia juga menegaskan bahwa Tegal memiliki kekhasan Jawa yang unik, yang patut dilindungi. 

“Semarak Budaya itu mempunyai makna satu perlindungan budaya. Jadi Tegal itu punya kekhasan Jawa tapi berbeda, bukan Sunda tapi Jawa, Nah, bahasanya saja berbeda, kemudian nanti ada budaya-budaya lain seperti tari dan sebagainya,” katanya, legislator Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) ini.

Pembicara Nindra Kumara menekankan pentingnya memasukkan sastra Tegalan—yang lahir sejak 26 November 1994—ke dalam kurikulum sekolah di Tegal.

Pembicara lain, Atmo Tan Sidik, membuka diskusi dengan mengurai makna ‘rembuk’ sebagai perintah spiritual yang harus diikuti dengan pendekatan etika dan kesenian.  Ia juga menyoroti Tegal sebagai ruang multikultural, ditandai dengan keberadaan berbagai tokoh sejarah dari latar belakang yang berbeda. •rdn