E-Media DPR RI

Wisata Kesehatan Bali Jadi Model Diversifikasi Ekonomi yang Strategis

Ketua Komisi VI DPR RI, Anggia Erma Rini, saat mengikuti rapat Kunjungan Kerja Masa Reses (Kunres) Komisi VI DPR RI ke Kota Denpasar, Provinsi Bali, Jumat (3/10/2025). Foto: Anju/vel.
Ketua Komisi VI DPR RI, Anggia Erma Rini, saat mengikuti rapat Kunjungan Kerja Masa Reses (Kunres) Komisi VI DPR RI ke Kota Denpasar, Provinsi Bali, Jumat (3/10/2025). Foto: Anju/vel.


PARLEMENTARIA, Denpasar
 – Ketua Komisi VI DPR RI, Anggia Erma Rini, menilai pengembangan wisata kesehatan (medical tourism) di Bali merupakan langkah strategis untuk memperkuat ketahanan ekonomi daerah. Menurutnya, sektor ini bisa menjadi model diversifikasi yang tangguh, mengingat pariwisata konvensional sangat mudah terdampak krisis.

“Ini kalau menurut saya menarik. Ini model diversifikasi secara komplit. Karena, Provinsi Bali ini pertumbuhan ekonomi menjadi yang tercepat di Indonesia di antara provinsi-provinsi lainnya. Tentunya seperti Jakarta, Surabaya, ini memang cepat juga. Pilihan strategi untuk ada menampilkan atau menyediakan tentang kesehatan, wisata kesehatan, yang menjadi satu kesatuan itu sangat strategis,” kata Anggia Erma Rini kepada Parlementaria usai mengikuti rapat Kunjungan Kerja Masa Reses (Kunres) Komisi VI DPR RI ke Kota Denpasar, Provinsi Bali, Jumat (3/10/2025).

Selain itu, Ia menambahkan, sektor akomodasi, kuliner, logistik, dan pariwisata murni sangat rentan terhadap guncangan. Pandemi Covid-19 dan bencana alam seperti gempa bumi terbukti langsung menghantam industri pariwisata Bali.

“Misalnya kalau ada gempa bumi, itu sudah langsung close down, sudah turun drop banget. Seperti Covid-19 kemarin, banyak banget yang bergejolak. Kalau ada layanan lain, ada tampilan lain, itu menjadi salah satu harapan,” jelasnya.

Politisi Partai PKB ini menegaskan bahwa wisata kesehatan juga bisa menjadi solusi untuk mengurangi angka masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri. Yakni Malaysia, Singapura, hingga Korea Selatan.

“Sebenarnya kesehatan ini, kita menghindari banyak sekali penduduk Indonesia, masyarakat Indonesia yang perginya ke rumah sakit-rumah sakit di luar negeri. Contohnya, Malaysia dan Singapura. Kita sediakan disini. Bahkan, disini ada juga Stem Cell, lalu kemudian estetika untuk kecantikan, itu juga disediakan. Itu biar tidak pergi ke Korea. Dan dari paparan Bapak/Ibu tadi, yang diambil, itu yang terbaik yang ada di luar negeri. Misalnya, kalau Stem Cell dari Jerman, itu yang terbaik juga. Lalu kemudian untuk kecantikan dari Korea, yang terbaik juga. Harapannya sih bisa berkembang dengan baik,” ujarnya.

Meski membutuhkan investasi yang besar, Legislator Dapil Jawa Timur ini optimistis proyeksi wisata kesehatan di Bali menjanjikan. Namun, Ia menekankan perlunya dukungan ekosistem yang memadai, mulai dari konektivitas, logistik, hingga rantai pasok yang kuat.

“Ini investasi yang bagus, yang besar juga investasinya, tetapi proyeksinya sebenarnya bagus. Tinggal bagaimana kemudian, kita menawarkan yang kompetitif,” pungkasnya. •aas/aha