E-Media DPR RI

Maman Imanulhaq: Keselamatan Santri Harus Jadi Prioritas dalam Pembangunan Pesantren

Anggota Komisi VIII DPR RI, Maman Imanulhaq. Foto: Arief/vel.
Anggota Komisi VIII DPR RI, Maman Imanulhaq. Foto: Arief/vel.


PARLEMENTARIA, Jakarta
 – Anggota Komisi VIII DPR RI, Maman Imanulhaq, menyampaikan keprihatinan dan duka mendalam atas tragedi runtuhnya bangunan musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, yang menelan korban jiwa. Peristiwa ini terjadi pada Senin (29/9) sore, ketika proses pengecoran lantai empat pondok sedang berlangsung, hingga tiang pondasi diduga tidak mampu menahan beban.

“Semoga Allah memberikan ketabahan dan kesabaran bagi keluarga korban serta civitas pesantren. Juga mengampuni yang wafat, dan memberi kesembuhan bagi yang terluka,” ujar Maman kepada Parlementaria di Jakarta, Kamis (2/10/2025).

Berdasarkan data sementara hingga Rabu (1/10) malam, total korban yang telah dievakuasi mencapai 107 orang, dengan lima di antaranya meninggal dunia. Puluhan orang lainnya masih diduga tertimbun reruntuhan musala yang ambruk hingga ke lantai dasar. Proses evakuasi masih berlangsung dengan melibatkan Basarnas dan tim gabungan.

Maman menekankan pentingnya langkah cepat pemerintah dan instansi terkait tidak hanya dalam proses evakuasi, tetapi juga dalam memberikan bantuan pemulihan kepada para korban. Ia mendorong agar korban luka maupun keluarga korban meninggal mendapat pendampingan psikologis.

“Bantuan trauma healing akan sangat membantu korban beserta keluarganya dalam fase pemulihan pasca musibah. Termasuk bagi orang tua yang anaknya wafat akibat peristiwa ini,” tuturnya.

Menurut laporan Basarnas, penyebab ambruknya musala Ponpes Al Khoziny dipicu kegagalan struktur bangunan. Dari hasil asesmen, bangunan terdiri dari tiga lantai plus satu lantai atap cor, dan roboh membentuk tumpukan berlapis yang dikenal sebagai pancake model.

Menyoroti hal tersebut, Maman menegaskan keselamatan santri dan tenaga pendidik harus menjadi prioritas dalam pembangunan fasilitas pendidikan, terutama pondok pesantren. “Tidak boleh ada kompromi terhadap standar konstruksi dan pengawasan teknis. Nyawa para santri dan pekerja tidak bisa dipertaruhkan,” tegas pengasuh Ponpes Al Mizan Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat ini.

Hingga kini, jumlah santri yang berada di lokasi saat kejadian masih simpang siur. Data absensi mencatat 91 orang diduga tertimbun sebelum tujuh santri ditemukan pada Rabu malam. Namun, jumlah tersebut masih bersifat perkiraan.

Maman berharap proses evakuasi dapat segera menuntaskan pencarian agar seluruh korban bisa ditemukan dan mendapat penanganan yang layak. •ssb/aha