Apresiasi Pertumbuhan Ekonomi, Sektor Industri Harus Jadi Lokomotif Pemerataan
- Agustus 6, 2025
- 0
PARLEMENTARIA, Jakarta – Anggota Komisi VII DPR RI, Ilham Permana, menyampaikan apresiasi atas capaian pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,12 persen secara year-on-year (yoy) pada kuartal II 2025. Terlebih dengan melesatnya angka pertumbuhan industri pengolahan atau manufaktur pada kuartal II-2025, yang disebut BPS mencapai 5,68 persen, dari yang selama ini pergerakannya selalu di kisaran 4 persen sejak kuartal II-2022.
Menurutnya, capaian ini merupakan sinyal positif atas ketahanan ekonomi Indonesia di tengah tekanan global dan ketidakpastian geopolitik.
“Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa arah kebijakan pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden RI dan diimplementasikan oleh Menteri Perindustrian sudah berada di jalur yang benar, khususnya dalam hal industrialisasi yang berbasis nilai tambah,” ujar Ilham dalam keterangannya kepada Parlementaria, di Jakarta, Selasa (5/8/2025).
Ilham secara khusus menyoroti peran industri pengolahan yang menjadi penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi, yakni sebesar 1,13 persen. Menurutnya, angka tersebut bukan hanya pencapaian statistik, tetapi harus dibaca sebagai momentum penting untuk memperkuat fondasi manufaktur nasional.
Selain itu, pada kuartal II/2025 ini juga, sektor manufaktur tercatat sebagai penggerak utama ekonomi dengan kontribusi ke Produk Domestik Bruto (PDB) yang mencapai 18,67 persen. “Oleh sebab itu saya men-challenge di tahun 2029, angka tersebut harus lebih dari 20 persen,” katanya.
Momentum untuk Perkuat Hilirisasi dan Inklusi Industri
Politisi Partai Golkar itu menekankan pentingnya memperluas dampak pertumbuhan industri, terutama di luar Pulau Jawa. Menurutnya, hilirisasi dan penguatan kawasan industri di wilayah lain harus menjadi agenda utama ke depan agar manfaat pertumbuhan lebih merata.
Ilham juga menilai, angka pertumbuhan komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 6,99%, serta kontribusi konsumsi rumah tangga yang masih dominan, menunjukkan bahwa pasar domestik tetap kuat dan terbuka luas bagi ekspansi industri.
“Ini adalah peluang strategis untuk melibatkan lebih banyak pelaku UMKM dalam rantai pasok industri nasional, sekaligus memperkuat agenda substitusi impor yang selama ini membebani neraca perdagangan kita,” jelasnya.
Dukungan terhadap Modernisasi dan Investasi Sektor Riil
Sebagai mitra kerja pemerintah, Ilham menyatakan dukungannya terhadap berbagai inisiatif percepatan modernisasi sektor industri, termasuk digitalisasi proses produksi, penguatan kawasan industri baru, dan reformasi insentif fiskal.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa sejumlah tantangan struktural masih harus diatasi, seperti ketimpangan wilayah industri, ketergantungan pada bahan baku impor, serta rendahnya kapasitas inovasi teknologi domestik.
“Kita tidak bisa puas dengan capaian saat ini. Harus ada langkah terukur agar industri kita benar-benar menjadi tulang punggung ekonomi nasional yang tahan banting dan berdaya saing,” tegasnya.
Dorongan Integrasi dengan Sektor Strategis Lain
Lebih lanjut, Ilham mendorong pemerintah untuk menyinergikan pertumbuhan industri dengan sektor strategis lainnya seperti pendidikan vokasi, riset terapan, dan energi hijau. Ia menilai, keberlanjutan dan keadilan sosial harus menjadi roh dari pembangunan ekonomi nasional.
“Pertumbuhan ekonomi bukan sekadar soal angka, tapi juga soal keberlanjutan, keadilan, dan kemandirian bangsa,” kata Ilham.
Sebagai penutup, ia mengajak seluruh pihak untuk menjaga momentum pertumbuhan dan mewujudkan kemitraan strategis antara pemerintah, parlemen, dan pelaku usaha dalam menyongsong Visi Indonesia Emas 2045.
“Saya optimistis, industri Indonesia bisa menjadi lokomotif utama pembangunan nasional jika seluruh pihak memiliki visi kebijakan yang tepat dan kolaboratif,” pungkasnya. •rdn