KEK Singhasari Terobosan Strategis, Perkuat ‘Soft Power’ RI di Internasional
- Juli 17, 2025
- 0
PARLEMENTARIA, Malang — Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Rahayu Saraswati Djojohadikusumo menilai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari sebagai sebuah terobosan strategis dalam memperkuat soft power Indonesia di kancah internasional. Hal ini disampaikan saat melakukan kunjungan kerja spesifik Komisi VII ke KEK Singhasari, Malang, Jawa Timur, Selasa (15/7/2025).
Menurut Rahayu, KEK Singhasari menjadi contoh nyata bagaimana warisan budaya Nusantara dapat berpadu dengan kemajuan teknologi untuk mencetak sumber daya manusia unggul di bidang ekonomi kreatif dan digital. Kawasan ini diketahui merupakan KEK pertama di Indonesia yang berfokus pada pengembangan pariwisata, teknologi digital, dan pendidikan.
“Ini merupakan sebuah terobosan, terutama dalam bidang pendidikan, sebagai persiapan Indonesia memiliki soft power secara internasional. KEK Singhasari telah menciptakan ekosistem luar biasa dengan nilai-nilai budaya yang kuat,” ujar Rahayu.
Ia menekankan bahwa KEK ini mampu menjadi wadah yang tidak hanya mengangkat kembali kebanggaan atas budaya dan warisan leluhur seperti Kerajaan Singhasari, tetapi juga mampu mengintegrasikan kemajuan teknologi modern seperti artificial intelligence (AI) dan keamanan siber.
“Dari 800 tahun sejarah Kerajaan Singhasari, kita bisa tetap bangga dengan kekayaan budaya tanpa melupakan masa depan. Justru dari budaya, kita melompat ke teknologi,” tegas politisi Fraksi Partai Gerindra itu.
Rahayu juga menyoroti pentingnya peran pendidikan dalam membentuk generasi unggul di bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics). Di KEK Singhasari, telah hadir lembaga pendidikan berbasis ekonomi kreatif termasuk sekolah animasi, sekolah menengah berbasis digital, serta kerja sama dengan King’s College London, salah satu universitas ternama dari Inggris.
“Presiden Prabowo sangat menekankan pentingnya menyiapkan generasi muda di bidang STEM. Dan di sini, fasilitas serta kurikulumnya sudah mulai ke arah sana. Ini perlu dukungan lebih besar,” ujarnya.
Lebih lanjut, Komisi VII juga menegaskan bahwa pembangunan KEK harus mampu memberikan multiplier effect secara luas, termasuk bagi pelaku UMKM, dan tidak boleh hanya dinikmati oleh satu pihak.
“KEK ini tidak bisa hanya dimanfaatkan satu kelompok. Harus menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi yang inklusif, dengan daya tarik kuat bagi investor,” pungkas Rahayu. •aha