Komisi IV: Budidaya Padi Metode ‘Sawah Pokok Murah’ Dorong Pertanian Unggul Biaya Rendah
- Juni 25, 2025
- 0
PARLEMENTARIA, Agam – Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Soeharto memberikan apresiasi terhadap inovasi yang dilakukan oleh petani di kabupaten Agam dalam menerapkan budidaya padi dengan Metode Sawah Pokok Murah (SPM). Inovasi tersebut dinilai mampu mendukung upaya swasembada pangan, khususnya beras, di tingkat provinsi bahkan nasional.
“Hari ini kami dari Komisi IV DPR RI melakukan panen padi dengan metode Sawah Pokok Murah di Kabupaten Agam. Inovasi ini luar biasa dan kami sangat menyambut baik. Ini merupakan temuan putra daerah yang patut mendapat perhatian lebih,” ujar Titiek kepada Parlementaria dalam Kunjungan Kerja Komisi IV DPR RI ke kabupaten Agam, provinsi Sumatera Barat (Sumbar), Sabtu (21/6/2025).
Untuk itu, Titiek menekankan, pentingnya dukungan pemerintah khususnya dari Kementerian Pertanian, dalam pengembangan metode tersebut. Ia secara langsung meminta kepada Dirjen Tanaman Pangan Kementan yang turut hadir pada kesempatan itu agar mendukung penyebaran metode SPM tersebut khususnya pada tahap awal di terapkannya yakni di Provinsi Sumbar.
“Kami mendorong agar Kementerian Pertanian memperhatikan dan mendukung inovasi ini agar bisa dikembangkan di Sumatera Barat terlebih dahulu. Jika berhasil, tentu sangat memungkinkan untuk diterapkan di daerah lain di Indonesia,” jelas Politisi Fraksi Partai Gerindra itu.
Menurut Titiek, metode SPM bukan hanya mampu menekan biaya produksi tetapi juga dapat disesuaikan menggunakan bibit yang sesuai dengan kondisi lokal masyarakat Sumbar. Dengan demikian, potensi swasembada beras bisa lebih cepat tercapai. “Mudah-mudahan Sumbar segera bisa swasembada beras. Jadi tidak perlu lagi mendatangkan beras dari luar. Ini bisa menjadi langkah awal dan percontohan yang baik untuk mempercepat keinginan pemerintah, dalam hal ini Bapak Presiden Prabowo, untuk mewujudkan swasembada pangan,” tandasnya.
Hal senada turut diungkapkan oleh Anggota Komisi IV DPR RI Darori Wonodipuro yang menilai metode SPM merupakan sebuah potensi besar dengan biaya rendah. Menurutnya program tersebut layak dijadikan proyek percontohan nasional yang bisa mendukung pencapaian ketahanan pangan dan kesejahteraan petani di Indonesia.
“Saya melihat langsung bahwa pola tanam sawah bapokok murah di Agam ini luar biasa. Dalam setahun bisa panen tiga kali, dan selain padi, petani juga bisa memelihara ikan dan belut di sela-sela paritnya. Ini sangat hemat dan produktif,” ujar Darori.
Ia menambahkan bahwa dalam satu hektare lahan petani rata-rata dapat menghasilkan hingga 5 kuintal padi. Ditambah dengan hasil sampingan seperti ikan dan belut menurutnya dapat memberi nilai ekonomi tambahan bagi petani setempat. “Sistemnya sederhana, cepat, dan murah. Petani di sini luar biasa dalam satu hari mereka bisa bekerja 8–10 jam dan menyelesaikan pekerjaan yang biasanya butuh waktu dua hingga tiga hari. Ini tentu sangat menghemat ongkos produksi,” jelas Darori.
Darori turut menyoroti peran tokoh lokal setempat yang menemukan inovasi SPM menurutnya hal ini sejalan dengan prioritas Presiden Prabowo Subianto terkait ketahanan pangan nasional. “Harapan kita ini bisa menjadi motivasi untuk dikembangkan di seluruh Sumbar dan bahkan ke provinsi lain. Program ini sejalan dengan arahan Presiden soal swasembada beras,” imbuhnya. •tra/rdn