29 May 2025
Kesejahteraan Rakyat

Hetifah Dorong Tujuh Kebiasaan Sejak Dini sebagai Fondasi Generasi Sehat dan Berkarakter

  • Mei 27, 2025
  • 0

Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian. Foto: Dok/vel.
Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian. Foto: Dok/vel.


PARLEMENTARIA, Jakarta 
– Pendidikan karakter dan kesehatan anak kembali menjadi perhatian serius Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian. Hal itu disampaikannya dalam Workshop Pendidikan bertajuk “7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, Fondasi Kesehatan Fisik dan Mental Sejak Dini” yang diselenggarakan di kawasan Jakarta Selatan, Jakarta, Minggu (25/5/2025).

Dalam pidatonya, Hetifah menekankan bahwa pendidikan karakter tidak bisa hanya dibebankan kepada sekolah. Ia menyampaikan bahwa peran keluarga, terutama ibu, sangat krusial sebagai pendidik pertama dan utama dalam kehidupan anak. “Perempuan Indonesia bukan hanya penyangga keluarga, tapi juga pilar peradaban. Pendidikan karakter tidak dimulai di ruang kelas, tapi dari ruang makan, ruang doa, dan ruang hati keluarga Indonesia,” ujar Hetifah melalui rilis yang diterima Parlementaria baru – baru ini.

Ia juga menegaskan pentingnya menanamkan tujuh kebiasaan dasar yang telah dicanangkan pemerintah melalui Kemendikdasmen, yaitu bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur tepat waktu. Kebiasaan-kebiasaan sederhana ini, menurut Hetifah, bila diterapkan secara konsisten di rumah dan sekolah, dapat menjadi fondasi kuat bagi masa depan anak-anak Indonesia.

“Kita tidak perlu menunggu program besar untuk membuat perubahan besar. Cukup mulai dari rumah sendiri—bangun pagi, siapkan sarapan bergizi, sempatkan doa, dan saling menyemangati,” tambah Politisi Fraksi Partai Golkar ini.

Dari sisi psikologi anak, Ratih Ibrahim, yang juga Ketua II Ikatan Psikolog Klinis Indonesia, menyampaikan bahwa rutinitas sehari-hari sangat menentukan kesehatan mental anak. Ia menjelaskan bahwa kebiasaan positif seperti tidur cukup dan olahraga teratur dapat membantu anak membangun suasana hati yang stabil dan kemampuan mengelola stres sejak dini. Ratih juga menekankan pentingnya peran orang tua dalam menjaga konsistensi kebiasaan agar anak merasa aman dan tumbuh dengan percaya diri.

Senada dengan itu, Nisa Felicia, Direktur Eksekutif Pusat Pendidikan dan Kebijakan (PSKP), menyebut bahwa tujuh kebiasaan tersebut bukan sekadar pesan moral, tetapi merupakan bentuk intervensi nyata yang terbukti efektif dalam berbagai studi global. Ia menekankan perlunya kebijakan pendidikan yang berpihak pada anak dan berbasis pada data. Menurutnya, jika keluarga dan komunitas bergerak bersama, Indonesia memiliki peluang besar untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara signifikan.

Workshop ini menjadi momen penting bagi Hetifah Sjaifudian sebagai Ketua Komisi X DPR RI untuk kembali menegaskan arah kebijakan pendidikan nasional yang lebih holistik—tidak hanya berfokus pada prestasi akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter dan kesehatan anak. Melalui keterlibatan aktif para orang tua, pendidik, dan pembuat kebijakan, acara ini menggarisbawahi satu pesan utama: masa depan bangsa ditentukan oleh kebiasaan harian yang dibangun dengan cinta, kesadaran, dan kebersamaan.

Dalam kesempatan itu, turut hadir  beberapa anggota Komisi X DPR RI diantaranya Adde Rosi Khoerunnisa dan Karmila sari yang dihadiri tidak kurang dari 100 peserta yang terdiri dari berbagai lapisan perempuan dan aktivis peduli pendidikan. •rnm/rdn

EMedia DPR RI