12 May 2025
Industri dan Pembangunan

Komisi XII Minta Pertamina Tingkatkan Produksi Energi dan Perkuat Keamanan Masyarakat

  • Mei 12, 2025
  • 0

Wakil Ketua Komisi XII DPR RI Dony Maryadi Oekon saat memimpin Tim Panja Migas Komisi XII DPR ke PHE ONJW Cirebon dan Pertamina RU VI Balongan Indramayu, Jawa Barat, Kamis (8/5/2025). Foto: Jaka/vel.
Wakil Ketua Komisi XII DPR RI Dony Maryadi Oekon saat memimpin Tim Panja Migas Komisi XII DPR ke PHE ONJW Cirebon dan Pertamina RU VI Balongan Indramayu, Jawa Barat, Kamis (8/5/2025). Foto: Jaka/vel.


PARLEMENTARIA, Cirebon 
– Wakil Ketua Komisi XII DPR RI Dony Maryadi Oekon meminta agar Pertamina terus meningkatkan produksinya energinya, sekaligus memperkuat aspek  keamanan masyarakat di wilayah kilang yang berdekatan dengan permukiman warga. Pihaknya menilai, dari segi distribusi saat ini tidak ada kendala berarti. Namun, Komisi XII menekankan perlunya koordinasi yang lebih intens antara Pertamina Kilang dengan pemerintah daerah.

“Dari sisi produksi sudah bagus, tapi mereka berencana meningkatkan kapasitas produksi. Kemudian, yang penting juga adalah bagaimana mereka menjalankan program CSR, program kemanusiaan, dan sosialisasi kepada masyarakat sekitar,” ujar Dony saat memimpin Tim Panja Migas Komisi XII DPR ke PHE ONJW Cirebon dan Pertamina  RU VI Balongan Indramayu, Jawa Barat, Kamis (8/5/2025)

Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, isu keselamatan kembali menjadi perhatian serius karena sebelumnya sudah pernah terjadi insiden kebakaran pada kilang minyak Pertamina di Balongan Indramayu yang melibatkan warga sekitar. “Lokasi kilang yang dekat dengan permukiman itu sangat rawan. Pernah ada kejadian kebakaran yang menyebabkan warga terluka, Ini harus menjadi pelajaran penting,” ucap Dony.

Selain itu, kata Dony, ketahanan energi Indonesia dinilai masih sangat lemah dengan cadangan yang hanya bertahan 18 hingga 22 hari. “Ketahanan energi kita belum pernah mencapai satu bulan, Ini berbahaya jika terjadi sesuatu yang mengganggu pasokan,” jelas Dony.

Dalam diskusi tersebut, terungkap pula bahwa Indonesia masih sangat bergantung pada impor, baik untuk bahan dasar (crude oil) maupun produk jadi seperti pertalite dan pertamax. “Produksi kita saat ini hanya sekitar 700 ribu barel/hari, sementara kebutuhan bisa mencapai 1,5 juta barel/hari. Ada gap besar yang harus diisi dengan impor,” ungkap Dony.

Legislator Dapil Jabar XI ini menyatakan, Indonesia sendiri harus terus melakukan impor BBM karena produksi minyak mentah dalam negeri masih jauh dari memadai untuk memenuhi kebutuhan nasional. Dari total kebutuhan nasional sekitar 1,2 hingga 1,6 juta barel/hari, sementara produksi minyak mentah hanya mampu menyumbang sekitar 600–700 ribu barel per/hari.

Sebagian besar kilang dalam negeri juga belum memiliki kapasitas optimal untuk memproses seluruh minyak mentah menjadi BBM siap pakai, sehingga memperbesar kebutuhan impor produk jadi. Hal ini membuat Indonesia berada dalam posisi rawan terhadap fluktuasi harga minyak dunia dan risiko pasokan global.

“Kalau kita hanya membeli produk jadi, itu tidak efisien karena kita harus membayar biaya pengolahan di luar negeri. Lebih baik kita beli crude-nya dan diolah di dalam negeri. Itu jauh lebih menguntungkan,” jelasnya.

Untuk diketahui, Pemerintah sendiri sudah memiliki program untuk menambah investasi di sektor refinery, yang diharapkan bisa menambah kapasitas produksi dalam negeri hingga 700–800 ribu barel. Dengan begitu, ketahanan energi nasional dapat diperkuat dan ketergantungan pada impor bisa ditekan. Pertemuan ini menjadi sinyal kuat bahwa isu energi dan keselamatan masyarakat sekitar kilang akan terus menjadi prioritas ke depan. Semua pihak berharap agar langkah-langkah konkret segera diambil demi menjamin ketersediaan energi yang aman dan berkelanjutan. •jk/rdn

EMedia DPR RI