Tingkat Pengangguran Lulusan SMK di Sumut Sangat Tinggi, Semangat Wirausaha Rendah
- April 22, 2025
- 0
PARLEMENTARIA, Medan — Anggota Komisi IX DPR RI, Netty Prasetiyani, menyampaikan keprihatinannya terhadap tingginya angka pengangguran di kalangan lulusan SMK di Sumatera Utara. Hal tersebut disampaikan Netty usai mendengarkan paparan dari Kepala Dinas Kesehatan dan Kepala Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Sumatera Utara dalam kunjungan kerja Komisi IX DPR RI ke Medan, Rabu (16/4/2025).
“Dari paparan Kepala Dinas Kesehatan dan Kepala Dinas Ketenagakerjaan, kita mendapati bahwa lulusan SMK menempati hampir delapan persen lebih dari jumlah pengangguran di Sumatera Utara. Ini sangat memprihatinkan karena dulu kita punya jargon bahwa lulusan SMK bisa langsung kerja,” ujar Netty kepada Parlementaria.
Menurutnya, kondisi ini harus menjadi perhatian serius bagi Kementerian Ketenagakerjaan dan pemerintah daerah agar segera membangun sistem link and match antara pendidikan vokasi dan dunia usaha dan dunia industry (DUDI). Ia menegaskan bahwa ketidaksesuaian antara kompetensi lulusan dengan kebutuhan lapangan kerja menjadi salah satu penyebab tingginya pengangguran tersebut.
Lebih lanjut, Netty menyinggung peran Balai Latihan Kerja (BLK) yang tersebar di berbagai daerah, baik milik pusat, pemerintah daerah, maupun komunitas. Ia menilai BLK perlu direvitalisasi agar benar-benar mampu melakukan reskilling dan upskilling terhadap tenaga kerja, khususnya lulusan SMK.
“Kita punya banyak BLK. Tapi apakah mereka sudah sesuai dengan kebutuhan industri hari ini? Harusnya BLK bisa memberikan sinyal keterampilan baru yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja,” tambah Politisi Fraksi PKS ini.
Tak hanya itu, Netty juga menyoroti rendahnya semangat kewirausahaan di kalangan generasi muda Sumatera Utara. Ia menilai penting untuk mencari akar persoalan dari rendahnya minat berwirausaha, terlebih di tengah era disrupsi dan otomatisasi kerja berbasis teknologi.
“Di era disrupsi ini, banyak jenis pekerjaan yang hilang karena teknologi. Tapi di sisi lain, ada juga peluang baru. Maka perlu ada pemetaan: pekerjaan apa saja yang tergerus, dan pekerjaan mana yang masih dan akan tetap dibutuhkan, khususnya bagi generasi milenial,” pungkas perempuan yang kerap disapa Netty Aher ini. •eki/rdn