16 April 2025
Kesejahteraan Rakyat

Tradisi Mudik Lokal: Rajut Silaturahmi di Tengah Dinamika Arus Mudik

  • April 8, 2025
  • 0

Para warga Bekasi bersalaman dan bermaaf-maafan di jalan utama usai melakukan salat idul fitri. Foto: Farhan/vel.
Para warga Bekasi bersalaman dan bermaaf-maafan di jalan utama usai melakukan salat idul fitri. Foto: Farhan/vel.


PARLEMENTARIA, Bekasi
 – Setiap menjelang Idul Fitri, fenomena mudik menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi masyarakat Indonesia. Di tengah hiruk-pikuk pemudik yang menuju kampung halaman jauh, warga Bekasi memiliki tradisi unik yang tak kalah menarik, yaitu mudik lokal. Tradisi ini memadukan silaturahmi keluarga dengan penghormatan terhadap budaya lokal, menjadikannya salah satu bentuk perayaan Lebaran yang khas dan bermakna.

Mudik lokal di Bekasi biasanya dilakukan oleh warga yang memiliki keluarga besar di dalam kota atau daerah sekitar, seperti Tambun, Cikarang, Babelan, dan Setu. Berbeda dengan mudik jarak jauh, mudik lokal memungkinkan keluarga besar tetap berkumpul tanpa harus menempuh perjalanan panjang yang melelahkan. Tradisi ini juga dimanfaatkan untuk berziarah ke makam leluhur dan mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang erat kaitannya dengan akar budaya keluarga.

Tradisi mudik lokal di Bekasi terus hidup dan berkembang setiap tahunnya, menghadirkan suasana hangat dan penuh kebersamaan saat Idul Fitri. Warga Bekasi yang memiliki keluarga di sekitar Jabodetabek memilih merayakan Lebaran dengan mengunjungi sanak saudara terdekat, menjaga tali silaturahmi tanpa perlu melakukan perjalanan jauh.

Kawasan Kranji, Bekasi, menjadi salah satu tempat yang kental dengan nuansa khas Lebaran. Usai salat Idul Fitri, warga berkumpul di jalan utama untuk bersalaman dan bermaaf-maafan. Barisan panjang warga yang saling berjabat tangan hingga melingkari jalan mencerminkan semangat kebersamaan dan persaudaraan yang erat.

Lebaran di Bekasi turut dimeriahkan dengan hidangan khas seperti ketupat, opor ayam, dan sambal goreng hati yang selalu tersaji di meja makan. Selain itu, warga saling berbagi makanan dengan tetangga dalam tradisi hantaran yang mempererat hubungan sosial di lingkungan sekitar.

Haji Ahmad Supriyadi, salah satu tokoh masyarakat yang dihormati di Bekasi, menyampaikan bahwa tradisi ini mengajarkan generasi muda untuk menjaga nilai-nilai kekeluargaan dan kebersamaan. “Lebaran bukan hanya soal makanan atau pakaian baru, tapi tentang kebersamaan, silaturahmi, dan saling memaafkan,” ujarnya.

Semangat Lebaran di Bekasi semakin terasa dengan kegiatan ziarah ke makam keluarga dan berdoa bersama untuk menghormati leluhur. Tradisi mudik lokal ini terus terjaga dan menjadi bagian dari identitas budaya Bekasi, merayakan Idul Fitri dalam kesederhanaan yang penuh makna. •um/aha

EMedia DPR RI