Data Statistik, Kekuatan Besar Tentukan Langkah Strategis
- Maret 19, 2025
- 0
PARLEMENTARIA, Jakarta – Anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR RI Sofwan Dedy Ardyanto menekankan pentingnya data statistik dalam pengambilan keputusan, terutama dalam konteks politik dan elektoral. Menurutnya, data yang akurat dan diolah dengan baik dapat menjadi kekuatan besar dalam menentukan langkah strategis di lapangan.
“Saya adalah termasuk orang yang sangat diuntungkan dengan data statistik. Misalnya kami ini sebagai politisi, jadi data statistik itu menjadi sangat urgen ketika kami menghadapi sebuah peristiwa pertempuran elektoral. Jadi data is a power, siapa yang memiliki data yang akurat, diolah secara akurat, maka dia akan bisa mengambil keputusan yang akurat,” ujar Sofwan dalam RDPU bersama Akademisi mengenai penyusunan RUU tentang Perubahan UU No.16 Tahun 1997 tentang Statistik di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Selasa (18/03/2025).
Politisi Fraksi PDI-Perjuangan itu juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap budaya pengambilan keputusan di masyarakat yang masih mengandalkan insting ketimbang data. Ia menilai bahwa tradisi berbasis data masih terbatas di kalangan tertentu, seperti pemerintah, lembaga akademik, dan perusahaan besar.
“Hari ini saya menilai bahwa masyarakat kita tradisi di dalam pengambilan keputusan ini tradisi yang bersifat lebih banyak mengandalkan insting ketimbang tradisi berbasis data. Itu menurut saya sebuah realita dan fakta. Kalaupun ada, ia terbatas kepada segelintir kelompok elemen masyarakat, misalnya pemerintah, lembaga-lembaga akademik, perusahaan-perusahaan yang modalnya besar,” tambahnya.
Terkait dengan aksesibilitas data statistik, Sofwan menyoroti bagaimana publikasi data oleh Badan Pusat Statistik (BPS) masih sulit dipahami oleh masyarakat umum.
“Dalam situs website BPS memang secara rutin itu dimunculkan, dipublikasikan data-data statistik. Tapi kalau kita baca pimpinan, itu yang bisa baca memang yang dulu mungkin kalau kuliah itu IPK-nya di atas 3,7-3,8. Kita baca itu pusing. Jadi kami-kami ini membaca itu nggak bisa langsung secara gamblang membaca pola. Ini pergerakannya mau ke mana? Lalu galau,” ujarnya.
Lebih lanjut, Sofwan mengangkat contoh keberhasilan BMKG dalam menyediakan informasi cuaca yang lebih aplikatif bagi masyarakat luas, khususnya petani dan nelayan, melalui sistem push notifikasi via SMS dan WhatsApp. Ia berharap model serupa bisa diterapkan dalam diseminasi data statistik agar lebih mudah diakses dan dipahami oleh masyarakat.
“Mungkin nggak? Kalau mungkin, kesulitannya apa? Kemudian lembaga-lembaga ini bisa menghadirkan sebuah produk diseminasi yang lebih simpel, aplikatif, sehingga nanti terbangun tradisi dalam masyarakat kita bahwa di dalam pengambilan keputusannya itu tidak lagi menggunakan logika mistika, tidak lagi menggunakan insting, tapi sudah menggunakan sebuah proses berpikir logika yang disupport oleh data,” pungkasnya.
Menurut Sofwan, apabila data statistik dapat disajikan secara lebih sederhana dan aplikatif, maka hal ini akan berkontribusi besar dalam membangun tradisi berpikir berbasis data di Indonesia. •gal/aha