Minimalisasi Dampak Banjir, Penataan Tata Ruang dan Sistem Drainase di Bekasi Harus Diperbaiki
- Maret 7, 2025
- 0
PARLEMENTARIA, Jakarta – Kota Bekasi menjadi salah satu wilayah terparah terdampak banjir di Kawasan Jabodetabek dalam beberapa hari terakhir. Delapan dari 12 kecamatan kota penyangga Jakarta ini tergenang air dengan ketinggian beragam sehingga melumpuhkan aktivitas perekonomian.
“Ini adalah banjir terparah sejak 2020 di Bekasi. Daerah Pondok Gede Permai, Bekasi menjadi wilayah yang terdampak paling parah. Di Bogor, intensitas hujan tercatat mencapai 232 mm per hari, sementara ambang batas normalnya hanya sekitar 125 hingga 145 mm per hari. Jadi, ini benar-benar bencana besar,” ujar Anggota Komisi V DPR RI Sudjatmiko dalam keterangan tertulis kepada Parlementaria, di Jakarta, Kamis (6/3/2025).
Pria yang akrab disapa Miko ini mengungkapkan telah turun ke lokasi banjir. Dia menyoroti kurang optimalnya penataan tata ruang dan sistem drainase di wilayah Kota Bekasi. Menurutnya dua hal tersebut memperparah dampak banjir di Kota Bekasi. “Kedepan ini yang harus diperbaiki untuk meminimalkan dampak banjir,” katanya.
Terkait dengan kerusakan infrastruktur, Miko mengaku telah berkordinasi dengan Pemkot Bekasi dan Kementerian Pekerjaan Umum (Kemen PU) terkait langkah kedepan dalam hal penyelesaian sodetan Kali Bekasi. “Pernah saya sampaikan saat rapat bersama Kementerian PU bahwa pentingnya sodetan Kali Bekasi tersebut disegerakan tahapan 1 hingga 7 terutama mengurangi kebanjiran hebat 5 tahunan,” tuturnya.
Wakil rakyat dari Dapil Kota Bekasi dan Depok ini berharap Wali Kota dan Gubernur segera bersinergis juga kepada Pemerintah Pusat. Berkaitan ini juga termasuk daerah Aglomerasi sehingga banjir mengakibatkan ekonomi lumpuh dan mengganggu bukan saja Bekasi melainkan wilayah sekitaran termasuk Jakarta. “Jika saja banjir dapat dikurangi titik banjirnya maka perekonomian bisa cepat pulih,” tutup Politisi Fraksi PKB ini.
Dalam waktu dekat, Miko berharap pemerintah terus melakukan upaya mitigasi terkait tingginya curah hujan. Salah satunya dengan teknologi modifikasi cuaca untuk mengurangi intensitas hujan di wilayah Jabodetabek. “Alhamdulillah, BMKG, BNPB, dan Kementerian PMK akan melaksanakan modifikasi cuaca selama 12 hari ke depan. Mudah-mudahan hujan dapat dipercepat dan dialihkan ke wilayah Laut Jawa, sehingga curah hujan di Jabodetabek bisa berkurang dan mengurangi risiko banjir susulan,” tambahnya.
Hingga saat ini, kata Miko ribuan warga masih mengungsi di berbagai titik posko darurat. Keselamatan dan pemenuhan kebutuhan dasar para pengungsi ini harus menjadi prioritas. “Pemerintah dan pihak terkait terus berupaya menyalurkan bantuan serta mencari solusi jangka panjang untuk mengatasi permasalahan banjir yang terus berulang di wilayah Bekasi,” pungkasnya. •rdn