Habib Syarief: Peran Besar Pesantren di Sejarah dan Pendidikan Bangsa
- Maret 7, 2025
- 0
PARLEMENTARIA, Jakarta – Anggota Komisi X DPR RI, Habib Syarief Muhammad, menegaskan peran besar pesantren dalam perjalanan sejarah bangsa dan pendidikan di Indonesia. Menurutnya, sejak abad ke-18, pesantren telah menjadi pilar penting dalam membangun karakter kebangsaan serta melahirkan tokoh-tokoh negarawan.
“Dari tahun 1700, pesantren sudah ada di Indonesia. Sejak 1940, terjadi kemajuan luar biasa, dan kini jumlah pesantren hampir mencapai 40.000. Perannya dalam perjuangan kemerdekaan pun sangat signifikan, terutama melalui Resolusi Jihad yang melatarbelakangi peristiwa 10 November,” ujar Habib Syarief dalam Diskusi Dialektika Demokrasi bertema “Mengawal Komitmen Kementerian Agama dalam Penerapan Kebijakan Pesantren Ramah Anak” di Nusantara I, Senayan, Jakarta, Kamis (6/3/2025).
Namun, ia menyoroti fenomena dalam satu dekade terakhir, di mana banyak orang tua yang awalnya menyekolahkan anak mereka ke sekolah unggulan atau eksklusif mulai merasa kecewa. Menurutnya, biaya mahal tidak selalu sebanding dengan pembentukan karakter yang baik.
“Banyak orang tua mengeluhkan perubahan karakter anak mereka yang menjadi egois, sulit bersosialisasi, introvert, arogan, keras hati, dan cenderung elitis. Ini membuat beberapa pemikir pendidikan mulai melirik pesantren sebagai solusi dengan mengombinasikan sistem pendidikan unggulan dan pesantren,” jelasnya.
Lebih lanjut, Habib Syarief menekankan bahwa sistem pendidikan pesantren memiliki keunggulan dalam membentuk karakter yang egaliter dan sosial. Ia pun mengkritisi minimnya perhatian pemerintah terhadap pesantren dan madrasah, terutama dalam hal kesejahteraan guru.
“Masih banyak guru madrasah, bahkan di Jawa, yang hanya menerima gaji Rp200-300 ribu per bulan. Ini bentuk ketimpangan yang harus segera diselesaikan. Kami di Komisi X mendorong Mendikbudristek dan Menteri Agama duduk bersama untuk membahas solusi,” tegasnya.
Ia juga menyoroti UU Sisdiknas yang tengah direvisi, dengan harapan agar pesantren dan madrasah mendapatkan perlakuan setara dengan sekolah formal lainnya. “Ada pesantren salaf yang fokus pada pendidikan agama, ada pula pesantren modern yang mengombinasikan sistem klasikal. Pesantren harus tetap berjalan dengan ciri khasnya,” tambahnya.
Menutup pernyataannya, Habib Syarief menegaskan bahwa pesantren tetap menjadi model pendidikan unik yang menarik perhatian banyak akademisi internasional. “Pesantren adalah lembaga pendidikan berbasis keikhlasan. Meski banyak tantangan, pesantren tetap bertahan dan berkontribusi besar bagi bangsa,” pungkasnya. •ssb/aha