Santan Kemasan Langka, Legislator Soroti Perdagangan Kelapa
- Februari 21, 2025
- 0
PARLEMENTARIA, Surakarta – Anggota Komisi IV DPR RI, Dwita Ria Gunadi, menyoroti kelangkaan santan kemasan di pasaran. Ia menilai kondisi ini terjadi karena perdagangan kelapa dikuasai oleh sejumlah pengusaha tertentu, sehingga peredaran olahan kelapa di masyarakat menjadi terbatas.
“Di daerah pemilihan saya, masyarakat melaporkan bahwa terjadi perebutan kelapa, padahal produksi kelapa kita banyak. Namun, kelapa dalam bentuk gelondongan langsung dikirim ke Jakarta. Mungkin di sana kelapa ini dipilah-pilah lagi, mulai dari sabut, batok, hingga daging kelapanya, yang katanya juga memenuhi permintaan dari luar negeri,” ujarnya kepada Parlementaria di Surakarta, Jawa Tengah, Kamis (20/2/2025).
Ria, sapaan akrabnya, menambahkan bahwa indikasi kelangkaan olahan kelapa sudah terlihat, salah satunya dengan hilangnya santan kemasan bermerk KARA di pasaran. Jika pun tersedia, harganya melonjak hampir dua kali lipat dari biasanya.
“Saat ini masih ada merek SUN, tapi santan KARA yang biasa digunakan masyarakat justru hilang. Ini harus menjadi perhatian pemerintah. Siapa eksportir kelapa yang mendominasi? Jangan sampai semua kelapa dari Indonesia dibawa keluar, seperti kasus minyak goreng sebelumnya. Padahal, bahan baku ada, tetapi tidak tersedia di dalam negeri,” tegasnya.
Menurut Ria, ada teori yang menyebutkan bahwa kelangkaan kelapa dan olahannya juga disebabkan banyaknya pengusaha kelapa yang gulung tikar akibat lahan perkebunan kelapa terendam air laut akibat abrasi pantai.
“Kemungkinannya kecil jika hanya karena abrasi pantai. Kelapa itu tanaman yang tidak memerlukan perawatan intensif tetapi tetap bisa berproduksi. Namun, faktanya, kelapa memang sedang diperebutkan. Harga santan yang dulu Rp3.500 per sachet kini naik menjadi Rp6.000. Bahkan, kelapa bulat yang sebelumnya bisa didapatkan dengan harga Rp10.000 kini semakin sulit ditemukan,” ungkapnya.
Ria menyatakan bahwa ia akan membawa isu ini ke DPR untuk dibahas lebih lanjut. Mengingat menjelang Ramadan dan Idulfitri, santan kelapa menjadi bahan penting dalam berbagai hidangan masyarakat.
“Kita tidak boleh kehilangan salah satu bahan pokok penting menjelang puasa. Ini seperti kasus singkong sebelumnya. Kita harus memanggil para pengusaha kelapa, melihat produksi mereka, serta mengumpulkan laporan dari setiap dinas pertanian kabupaten agar kebijakan berbasis data,” ujarnya.
Selain itu, dalam peninjauannya ke Pasar Gedhe Solo, Ria menemukan bahwa kondisi pasar saat ini relatif sepi akibat daya beli masyarakat yang menurun. Ia berharap momentum Ramadan dapat menghidupkan kembali sektor UMKM dan meningkatkan daya beli masyarakat.
“Saat ini, daya beli masyarakat sangat rendah. Mudah-mudahan kita bisa menjalankan ibadah puasa dengan tenang tanpa gejolak kekurangan bahan pangan. Yang perlu ditingkatkan adalah gairah ekonomi. Mungkin di bulan Ramadan nanti, muncul lebih banyak produk UMKM siap saji yang bisa mendorong aktivitas belanja di pasar,” pungkasnya. •ndy/aha