PARLEMENTARIA, Jakarta – DPR menyambut gembira kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia. Kehadiran Kepala Negara Kota Vatikan sekaligus Kepala Pemerintahan Takhta Suci itu dinilai sebagai cerminan pengakuan dunia terhadap Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi toleransi beragama.
“Kehadiran Bapa Suci membawa pesan harapan yang besar bagi seluruh masyarakat Indonesia, tidak hanya bagi umat Katolik tetapi juga bagi seluruh elemen bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kerukunan, kedamaian, dan toleransi,” ujar Anggota Komisi VIII DPR My Esti Wijayati, Rabu (4/9/2024).
Esti pun menyoroti dan merasa bersyukur atas sambutan hangat yang diberikan masyarakat Indonesia dalam kedatangan Paus Fransiskus ini.
“Tentunya, partisipasi dari masyarakat terhadap kedatangan Bapa Paus Fransiskus semakin memberikan warna sekaligus menunjukkan identitas Indonesia sebagai bangsa berbineka, bertoleransi, dan penuh kehangatan. Buat saya, ini cukup mengharukan,” katanya.
Sambutan hangat masyarakat Indonesia itu salah satunya terlihat saat kedatangan Paus Fransiskus kemarin, Rabu (3/5). Di sepanjang jalan menuju Kedubes Vatikan, mulai dari sekitar Bundaran HI, kawasan Patung Kuda, hingga di depan Kedubes Vatikan, banyak warga berdiri rapi melambaikan tangan ke mobil yang membawa Paus Fransiskus.
Paus Fransiskus pun tampak membalas lambaian tangan masyarakat yang menyambut kedatangannya. Tak hanya itu, berbagai tokoh dan elemen masyarakat juga memberikan ucapan selamat datang dan menyambut gembira kedatangan Paus Fransiskus. Sambutan hangat masyarakat Indonesia juga terlihat di berbagai platform media sosial.
Esti menegaskan, kunjungan Paus Fransiskus ini merupakan momentum berharga untuk mempererat hubungan antarumat beragama di Indonesia mengingat sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, Indonesia telah lama dikenal sebagai tempat di mana berbagai agama dan kepercayaan dapat hidup berdampingan dengan damai.
“Dengan Bapa Paus Fransiskus berkenan datang ke sini, hal tersebut mencerminkan pengakuan dunia internasional terhadap komitmen Indonesia dalam menjaga kerukunan dan toleransi antarumat beragama,” tuturnya.
“Kunjungan Paus Fransiskus ini adalah pengingat bagi kita semua bahwa nilai-nilai kemanusiaan, cinta kasih, dan persaudaraan sejati harus selalu menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” lanjut Esti.
Anggota Komisi di DPR yang membidangi urusan keagamaan itu menyebut kerja sama antarumat beragama dan antarbangsa menjadi kunci untuk menciptakan dunia yang lebih damai dan harmonis di tengah tantangan global yang semakin kompleks. Menurut Esti, keharmonisan dalam keberagaman adalah kekuatan yang harus dipelihara bersama demi masa depan yang lebih baik untuk seluruh rakyat Indonesia.
“Bapa Paus Fransiskus dapat memperkuat dialog antaragama yang telah lama menjadi bagian dari identitas Indonesia sebagai negara yang beragam. Beliau dikenal sebagai pemimpin yang mengedepankan perdamaian dan dialog lintas agama,” paparnya.
Kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia ini merupakan kunjungan ketiga pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia setelah kunjungan Yang Teramat Mulia Paus Paulus ke-6 pada tahun 1970 dan kunjungan Yang Teramat Mulia Paus Yohannes Paulus ke-2 tahun 1989.
“Semoga kehadiran Bapa Paus Fransiskus dapat memperkokoh upaya-upaya dalam mengatasi segala tantangan kehidupan beragama Indonesia,” sebut Esti.
Lebih lajut, Esti menyampaikan Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika, sehingga perlu memperkuat toleransi dan saling pengertian antarumat beragama.
“Kehadiran Bapa Paus Fransiskus adalah pengingat bahwa persatuan dalam keberagaman adalah fondasi utama bagi bangsa Indonesia,” ucap Legislator dari Dapil Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tersebut.
“Mari kita jadikan momen kedatangan Bapa Suci Paus Fransiskus untuk memperkuat komitmen dalam menjaga kerukunan antarumat beragama, serta menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia mampu hidup damai di tengah perbedaan,” imbuh Esti.
Kedatangan Paus Fransiskus menyita banyak perhatian. Begitu tiba di Indonesia, Paus Fransiskus terlihat menaiki mobil Kijang Innova Zenix dan memilih duduk di kursi penumpang depan mobil ketika hendak beranjak dari Bandara Soekarno-Hatta, Banten.
Paus Fransiskus menolak menggunakan mobil kepresidenan bermerek Mercedes-Benz dan ingin panitia menyiapkan mobil yang biasa digunakan oleh masyarakat di Jakarta, bukan mobil mewah dan antipeluru seperti protokoler bagi kepala negara. Paus Fransiskus juga diketahui menggunakan pesawat komersial dalam perjalanannya dari Roma ke Indonesia, dan menolak hal-hal yang eksklusif.
Panitia penyelenggara perjalanan kerasulan Paus sebelumnya mengungkap permintaan khusus dari Takhta Suci Vatikan untuk kedatangan Paus Fransiskus yaitu tak ada sambutan dan fasilitas yang bermewah-mewah. Bahkan Paus Fransiskus menolak kamar dengan fasilitas president suites yang disiapkan panitia dan memilih tinggal di kamar sederhana di Kedutaan Besar Vatikan selama berada di Indonesia.
Esti berharap kedatangan Paus Fransiskus di Indonesia yang bersejarah ini dapat memberi banyak manfaat untuk masyarakat Indonesia, secara khusus umat Katolik.
“Keteladanan Bapa Suci yang selalu mewartakan perdamaian bisa menjadi pengingat agar kita selalu hidup dalam kerukunan. Termasuk kesederhanaan Bapa Paus Fransiskus harus dapat kita teladani,” ungkapnya.
Sebagai informasi, kunjungan Paus Fransiskus masuk ke dalam agenda perjalanan apostolik yang akan berlangsung hingga 6 September 2024 di mana Indonesia menjadi negara tujuan pertama di wilayah Asia Tenggara.
Selama di Indonesia dalam 4 hari, Paus Fransiskus akan melakukan pertemuan kenegaraan hingga pertemuan diplomatik. Mulai dari pertemuan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), hingga pertemuan antaragama (Pidato Bapa Suci) di Masjid Istiqlal. Bersama Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar, Paus Fransiskus akan menyusuri “Terowongan Persahabatan”, yakni terowongan sepanjang 28,3 meter yang menghubungan masjid dengan Gereja Katedral.
Puncak kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia adalah perayaan Ekaristi (Homili Bapa Suci) di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) pada Kamis (5/9). Diprediksi, misa bersama Paus Fransiskus akan dihadiri oleh 80 ribu umat katolik Indonesia.
Esti berharap, semua agenda Paus Fransiskus dapat berjalan lancar. Ia pun mengapresiasi panitia penyelenggara perjalanan kerasulan Paus, dukungan dari Pemerintah, pihak keamanan dan para stakeholder terkait, hingga masyarakat Indonesia yang antusias menyambut hangat Paus Fransiskus.
“Terima kasih untuk semua pihak yang membantu kelancaran perjalanan dan kunjungan Bapa Paus Fransiskus di Indonesia. Semoga misi Bapa Paus Fransiskus dalam menyebarkan perdamaian dan toleransi dapat menjadi teladan bagi kita semua,” tutup Esti. •tn/aha