9 December 2024
Kesejahteraan Rakyat

Cacar Monyet Menyebar di ASEAN, DPR: Pertimbangkan Skrining Penumpang dari Negara Terdampak

  • Agustus 28, 2024
  • 0

Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher. Foto : Dok/Andri. PARLEMENTARIA, Jakarta – Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prastiyani Aher mengatakan, meningkatnya kasus cacar monyet (monkeypox) di dunia

Cacar Monyet Menyebar di ASEAN, DPR: Pertimbangkan Skrining Penumpang dari Negara Terdampak
Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher. Foto : Dok/Andri.

PARLEMENTARIAJakarta – Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prastiyani Aher mengatakan, meningkatnya kasus cacar monyet (monkeypox) di dunia dan kawasan ASEAN harus diwaspadai secara serius oleh pemerintah Indonesia. Saat ini cacar monyet menjadi perhatian publik seiring penetapan status kegawatdaruratan global.

Adapun penetapan status tersebut akibat wabah infeksi virus penyakit ini untuk kedua kalinya oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). “Langkah cepat dan responsif harus segera diambil untuk menghindari risiko yang lebih buruk,” kata Netty melaui rilis yang diterima Parlementaria di Jakarta, Selasa (27/8/2024). 

Di Indonesia terdapat 88 kasus kumulatif sejak ditemukan pada tahun 2022. Sementara itu sepanjang tahun 2024, sudah terdapat 14 kasus cacar monyet di Indonesia.

Oleh karena itu, politisi asal Jawa Barat ini mendorong pemerintah untuk mengikuti protokol WHO dalam menangani monkeypox

“Misalnya, kita terapkan skrining cacar monyet di pintu-pintu masuk dari negara-negara terdampak, khususnya tetangga kita seperti Thailand dan Filipina yang sudah mengonfirmasi kasus baru,” ungkapnya. 

Netty juga meminta pemerintah agar kampanye maupun promosi penanganan cacar monyet ini dilakukan secara masif di fasilitas-fasilitas publik.

“Langkah ini perlu diambil agar masyarakat kita punya pengetahuan terkait cacar monyet, baik gejala, cara penanganan, mau pun pesebarannya di dunia, ASEAN dan Indonesia sendiri,” lanjutnya. 

Menurut Netty, pesan akan pentingnya menjaga protokol kesehatan harus sampai ke daerah-daerah. “Bukan kita ingin menakut-nakuti masyarakat, tapi mencegah lebih baik dari pada mengobati. Terlebih varian clade 1B yang berkembang di Afrika lebih berbahaya dari clade II,” pungkasnya. •rnm/aha

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *