PARLEMENTARIA, Surabaya – Anggota Komisi VII DPR RI Diah Nurwitasari menyoroti rencana Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) untuk menerima impor karbon dari negara lain sebagai bentuk dari penerapan inovasi program Carbon Capture and Storage (CCS). Karbon yang diimpor dan nantinya akan disimpan (storage) di Indonesia tersebut, menurut Diah penting untuk dilakukan perhitungan dengan cermat terkait dampak linkungan yang nantinya akan ditimbulkan.
Hal ini disampaikan Diah saat Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI bersama Kementerian ESDM RI, SKK Migas, serta grup Pertamina (Persero) terkait implementasi program CCS dan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) di Lapangan Migas Sukowati, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (4/7/2024).
Untuk diketahui CCS merupakan salah satu teknologi mitigasi pemanasan global dengan cara mengurangi emisi CO2 ke atmosfer. Teknologi ini merupakan rangkaian pelaksanaan proses yang terkait satu sama lain, mulai dari pemisahan dan penangkapan (capture) CO2 dari sumber emisi gas buang (flue gas), pengangkutan CO2 tertangkap ke tempat penyimpanan (transportation), dan penyimpanan ke tempat yang aman (storage).
“Artinya ini kan ini disimpan di Indonesia sebagai storage-nya. Yang saya cermati jangan sampai kita ini menjadi dalam tanda kutip ‘tempat sampah’ bagi negara- negara lain yang akan menyalurkannya. Pemerintah harus memikirkan aoa benefitnya? Apa dampak lingkungannya? jangan hanya mengejar investasi, harus diperhitungkan secara cermat apa dampak positif untuk Indonesia,” jelas Diah.
Lebih lanjut Diah berpesan penting menjaga spirit dalam menurunkan emisi karbon dan lain-lain diimbangi dengan memperhatikan pelestarian sumber daya manusia dan alam secara keseluruhan. Ia menegaskan jangan sampai karena kecerobohan, sehingga mewariskan lingkungan yang rusak untuk generasi berikutnya.
“Spirit ini mudah-mudahan tetap menjiwai. Tidak hanya karena keuntungan rupiah cepat melalui bisnis-bisnis yang nantinya dapat berdampak serius terhadap lingkungan. Saya harap Kementerian ESDM dapat lebih hati-hati dan cermat dengan perencanaan-perencanaan seperti itu,” ungkapnya.
Di sisi lain politisi fraksi PKS itu turut mengapresiasi inovasi implementasi teknologi CCS dan CCUS yang diyakini dapat mendukung peningkatan produksi migas disamping mengurangi emisi gas rumah kaca. Dirinya berharap dengan penerapan teknologi tersebut dapat meningkatkan target lifting minyak di Indonesia.
“Jika memang itu merupakan salah satu bagian dari produksi kita untuk meningkatkan lifting migas kita tentu ini merupakan sesuatu yang bermanfaat. Namun tetap perlu dilakukan perhitungan dengan cermat persoalan teknologinya. Mudah-mudahan dengan teknologi yang lebih baik kita bisa meningkatkan lifting migas kita khususnya dengan teknologi CCUS tersebut,” imbuh Diah. •tra/aha