Hadiri MIKTA, Puan Dorong Negara ‘Middle Power’ Desak Gencatan Senjata Permanen di Gaza
- 0
- 2 min read
Ketua DPR RI Dr. (H.C.) Puan Maharani dalam foto bersama di sela-sela mengikuti 10th MIKTA Speakers Consultation di Meksiko, Senin (6/5/2024). Foto: Ist/vel.
PARLEMENTARIA, Jakarta – Dalam pertemuan parlemen anggota MIKTA (Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia) yang digelar di Meksiko, Ketua DPR RI Dr. (H.C.) Puan Maharani menyuarakan agar MIKTA sebagai negara-negara middle power untuk mendesak dilakukannya gencatan senjata permanen antara militer Israel dengan kelompok Hamas di Gaza, Palestina.
Hal tersebut disampaikan Puan dalam 10th MIKTA Speakers’ Consultation yang digelar di Meksiko, Senin (6/5/2024) siang waktu setempat. MIKTA Speakers’ Consultation sendiri merupakan forum pertemuan konsultatif antara Ketua Parlemen negara Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia sebagai negara-negara middle power (kekuatan menengah).
“Saya mendorong MIKTA untuk berperan sebagai positive force, penyelesaian berbagai krisis global seperti krisis di Palestina, Ukraina, maupun krisis iklim,” kata Puan dalam rilis kepada Parlementaria ketika menyampaikan pidato di hadapan delegasi parlemen MIKTA, Senin (6/5/2024).
Mantan Menko PMK itu mengingatkan agar parlemen dunia aktif berkontribusi menyelesaikan permasalahan global. Puan menyebut parlemen harus punya peranan lebih karena berbagai krisis global juga berdampak bagi rakyat, termasuk perang di Gaza.
“Saya mengajak parlemen negara-negara MIKTA untuk bersama menjadi pilar utama dalam membangun perdamaian dan stabilitas global”
“Krisis di Gaza dapat berdampak pada stabilitas global, jika tidak segera kita tangani bersama. Kita tidak boleh menutup mata atas tragedi kemanusiaan yang terjadi di Palestina,” tegasnya.
“Negara-negara MIKTA harus menggunakan pengaruh kolektifnya untuk mengembalikan nilai kemanusiaan, dan mendesak dimulainya gencatan senjata secara permanen dan sesegera mungkin,” sambung Puan.
Menurutnya, gencatan senjata perang di Gaza harus dilakukan secepat mungkin mengingat sudah lebih dari 34.000 penduduk Palestina menjadi korban akibat serangan Israel. Puan menyoroti bagaimana 15 orang terbunuh dalam setiap jam akibat perang di Gaza, di mana 72 persen dari korban adalah perempuan dan anak-anak.
“Kita harus mengubah paradigma dari perlunya suatu negara dapat ‘memenangkan perang’ menjadi ‘memenangkan perdamaian’ (winning the peace, not winning the war),” tegas cucu Bung Karno tersebut.
Puan mengatakan, parlemen harus membantu mengatasi akar masalah penyebab konflik, termasuk mengatasi ketidakadilan dan ketimpangan. Ia juga menekankan pentingnya diplomasi parlemen terhadap penghormatan kedaulatan dan integritas teritorial setiap negara.
“Saya mengajak parlemen negara-negara MIKTA untuk bersama menjadi pilar utama dalam membangun perdamaian dan stabilitas global,” ujar Puan.
“Perdamaian adalah fondasi bagi dunia untuk mencapai kesejahteraan dan demokrasi. Sebagai pengemban amanat rakyat, parlemen harus memberikan teladan, lead by example, dengan mendorong tiga pilar utama perdamaian yakni dialog, diplomasi, dan saling kepercayaan,” sambungnya. •hal/rdn