Komisi VIII Dorong Peningkatan Sarpras Balai Rehabilitasi Sosial Sentra Mahatmiya Tabanan
- 0
- 3 min read
Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Abdul Wachid saat bertukar cenderamata usai mengikuti Kunjungan Kerja Reses Komisi VIII DPR RI di Tabanan, Bali, Kamis (2/5/2024). Foto: Nadya/vel.
PARLEMENTARIA, Tabanan – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Abdul Wachid mengapresiasi keberadaan balai rehabilitasi sosial yang secara khusus menanganani disabilitas netra, yaitu Sentra Mahatmiya Tabanan Bali. Menurutnya, balai ini telah menjadi rumah bagi para Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS). Karena itu, dirinya menekankan agar sarana dan prasarana (Sarpras) balai ini ditingkatkan, termasuk adanya galeri, hingga bentuk-bentuk pelatihan lainnya agar sentra ini dapat terus berkarya.
“Galeri itu menyangkut termasuk tempat wisata, perlu untuk dipublikasikan. Bahwa hasil dari (karya) anak-anak, orang-orang yang disabilitas mendapatkan hasil produk-produk yang sangat bagus. Tadi ada limbah koran (yang diubah) jadi tempat yang bagus,” tuturnya kepada Parlementaria, di Tabanan, Bali, Kamis (2/5/2024).
Menurutnya, secara keseluruhan gebrakan program Kementerian Sosial yang ada di Sentra Mahatmiya Tabanan Bali ini merupakan ide luar biasa. Semula, ia hanya mengira bahwa sentra ini hanya tempat bagi para kaum disabilitas, tapi ternyata hal ini sudah ditingkatkan dan bahkan ada pelatihan-pelatihan keahlian dan keterampilan lainnya.
“Dulu saya kira ini hanya untuk orang-orang yang disabilitas, tapi ini sudah ditingkatkan. Ada juga pelatihan, ada juga sudah membuat Sarpras ini sudah bagus. Saya akan lebih mendorong Ibu Menteri Sosial (agar) nanti kalau bisa ini anggaran dari Kemensos ini untuk ditingkatkan kembali, karena Beliau selalu mengatakan ini kurang,” jelas Politisi Fraksi Partai Gerindra ini.
“Saya akan lebih mendorong Ibu Menteri Sosial (agar) nanti kalau bisa ini anggaran dari Kemensos ini untuk ditingkatkan kembali, karena Beliau selalu mengatakan ini kurang”
Dirinya pun menyarankan agar balai tersebut dapat lebih banyak mendatangkan pelatih keterampilan yang berasal dari luar Bali. Hal itu agar dapat bertukar budaya dan keahlian keterampilan, sehingga wawasan dan keahlian para penyandang disabilitas netra dapat terus bertambah.
“Jadi bisa saling tukar pengalaman dari masing-masing pelatih. Jadi tutor ya nanti yang akan bisa meningkatkan itu. saya kira ini perlu kita bawa (persoalan ini) ke (pembahasan di) Komisi VIII sekaligus untuk mendorong menambah anggaran lagi. (Sebab) tanpa ada anggaran Dinsos di kabupaten, Bali tidak bisa bekerja apa-apa,” katanya.
Selain itu, Anggota Komisi VIII DPR RI Selly Andriany Gantina menilai apa yang dilakukan Sentra Mahatmiya Tabanan Bali adalah suatu upaya atensi yang dilakukan Kementerian Sosial yang multifungsi. Oleh karena, menurutnya, banyak klaster yang ditangani oleh sentra ini.
Karena itu, Selly menyarankan agar Kementerian Sosial dapat bersinergi dengan Kementerian dan Lembaga lainnya dalam melakukan perawatan kepada penghuni sentra. Hal itu mengingat tidak bisa selamanya mereka dirawat oleh Kemensos, perlu ada terobosan yang membuat mereka mandiri.
“Tentu harus ada terobosan dari Kemensos sampai mereka mandiri. Bukan dilakukan oleh Kemensos saja tetapi juga harus dilakukan oleh Kemenkes, Kemendikbud kemudian Kemenkop-UKM agar mereka mendapatkan sentuhan-sentuhan dan merasakan bahwa negara hadir di tengah-tengah mereka,” tandas Politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini.
Selain itu, Selly juga menyoroti sinkronisasi data Aplikasi SIKS-NG (Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial Next Generation), yang merupakan salah satu aplikasi yang dapat mengubah dan mengusulkan warga ke dalam DTKS maupun kepesertaan Program Bansos. Sebab, dalam pertemuan Kunker Reses ini, beberapa dinsos ada yang menyatakan terdapat ketidaksinkronan data-data SIKS-NG, yang menurutnya perlu melibatkan lintas sektoral karena permasalahan PPKS.
“Kemudian pelayanan-pelayanan yang dilakukan oleh mitra kita yang ada di sini. Tentu saja juga tidak bisa kita bebankan kepada Kemensos saja, tetapi juga harus melibatkan antarsatu kabupaten, kemudian juga melibatkan fungsi dari provinsi. Sehingga perlu dibuat semacam grand design, di mana nanti kita akan meminta kepada Kemensos dibuat blue print untuk pelayanan multisosial yang nantinya akan digabungkan dengan apa yang akan dibuat oleh kemensos,” tutupnya. •ndy/rdn