PARLEMENTARIA, Jakarta – Deputi Bidang Administrasi Sekretariat Jenderal (Setjen) DPR RI Sumariyandono mewanti-wanti kepada pegawai kesetjenan, jangan sampai terjadi krisis kepemimpinan. Maka dari itu, ia mendukung pelaksanaan manajemen talenta di lingkungan setjen DPR RI.
“Jangan sampai ada krisis kepemimpinan, jangan sampai juga tidak ada orang yang kita cari kemudian tidak ada di dalam akhirnya kita mencari dari luar,” ungkap Sumariyandono ketika ditemui tim Parlementaria usai membuka Sosialisasi Manajemen Talenta di Gedung Nusantara, Senayan, Jakarta, Rabu (6/3/2024).
Dono, sapaannya, telah memberikan sambutan dan membuka kegiatan Manajemen Talenta yang diselenggarakan Biro Sumber Daya Manusia Aparatur melalui Bagian PPK ASN Setjen DPR RI. Adapun kegiatan sosialisasi yang berlangsung di Ruang KK II Gedung Nusantara ini mengundang pegawai dengan grade 7 yang berjumlah 269 pegawai sebagai pesertanya.
Pandangan Dono, kegiatan ini penting supaya para pegawai kesetjenan memiliki pemahaman yang sama mengenai manajemen talenta. Dimana manajemen talenta ini dikembangkan oleh KemenPAN RB melalui merit sistem bagi Aparatur Sipil Negara (ASN).
“Itu di dalam mekanisme yang baru ini mengedepankan dua, yaitu adalah dilihat daripada kinerja dan yang kedua adalah dilihat daripada potensi ya. Jadi dua hal itu dicoba untuk dielaborasi lebih detil dengan beberapa elemen sehingga tadi seseorang itu bisa masuk kotak 1 sampai dengan kotak 9 (potensi terbaik dan berada di bidang yang tepat),” jelasnya.
“Nah tujuannya apa? Ingin mencari talenta-talenta terbaik. Dengan kita melakukan pemetaan seperti ini, kita ingin ada calon-calon pemimpin lah ke depan di Setjen DPR RI yang punya potensi sangat sangat tinggi,” sambung Dono.
Ia melanjutkan bahwa Setjen DPR RI hendak membentuk proses kenaikan atau perpindahan seseorang itu ke dalam jenjang karirnya itu bisa dilakukan secara terbuka, transparan, terencana juga serta tentunya akuntabel sehingga bisa dipertanggungjawabkan. Maka dari itu ia menilai Persekjen Nomor 15 tahun 2022 perlu diterapkan dengan baik.
“Nah ini harus dipahami oleh setiap pegawai bahwa saat ini bukanlah saatnya lagi mengandalkan hubungan relasi atau politis. Semuanya harus daripada diri sendirinya. Bagaimana kompetensinya, bagaimana kinerjanya, itu dibangun oleh masing masing pegawai, tidak bisa mengandalkan pada relasi dan segala macam,” tekan Dono.
Ia melanjutkan, Dengan adanya manajemen talenta ini, seseorang bisa tahu pola karir yang akan dibangunnya. Selain itu, pegawai yang bersangkutan pun akan lebih memahami dirinya pada potensi dan kemampuannya seperti apa. Maka dari itu, manajemen talenta ini ke depan menjadi pertimbangan seseorang untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi lagi.
“Jadi apabila dia berada di kotak 9. Maka dia akan menjadi prioritas utama untuk menduduki jabatan yang masih kosong. Kalau dia di kotak 9. Tapi tentunya juga harus disesuaikan dengan keahliannya, sesuai bidangnya tidak? Jadi tidak berarti bahwa kalau kotak 9 otomatis menduduki, tidak. Tergantung kebutuhan jabatannya,” terangnya
Di akhir dirinya berharap agar para pegawai yang masih muda, yang pola karirnya masih panjang, berusaha untuk mengasah kompetensi dan mencari potensi dirinya. “Berusahalah untuk meningkatkan kompetensinya, mengasah kompetensinya, mencari potensi yang ada dalam dirinya, mana yang paling tinggi, itulah yang kemudian dipacu,” tutupnya. •hal,ar/aha