Ketua DPR RI Puan Maharani saat menghadiri serta meluncurkan program bisnis petani milenial yang diberi nama ‘Kita Tani Muda’ di Kota Semarang. Foto: Ist/nr.
PARLEMENTARIA, Jakarta – Ketua DPR RI Puan Maharani meresmikan penggilingan padi (rice mill) dan meluncurkan program bisnis petani milenial yang diberi nama ‘Kita Tani Muda’ di Kota Semarang, Jawa Tengah. Puan pun memberikan tiga pesan untuk petani milenial yang memiliki program Tani Muda Semarang.
Acara diawali dengan peresmian Rice Mill BUMP Lumpang Semar Sejahtera di Kelurahan Puwosari, Mijen, Semarang, yang ditandai dengan pemotongan rantai bunga oleh Puan, Sabtu (13/1/2024). Tempat penggilingan padi yang baru diresmikan ini berada di perbukitan wilayah Gunung Pati Semarang, dekat dengan sawah-sawah warga.
Di acara peresmian penggilingan padi tersebut, Puan didampingi Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu. Hadir pula dalam acara ini sejumlah Anggota DPR RI, Anggota DPRD Provinsi Jateng dan DPRD Semarang, serta beberapa wirausaha muda Kota Semarang, perwakilan Karang Taruna dan kelompok generasi muda.
“Tingkatkan kualitas kesejahteraan petani, dan regenerasi petani. Cita-cita tinggi jangan sampai meninggalkan persoalan pangan”
“Nggak kepikiran di tengah-tengah ladang sawah dan jagung dibangun rice mill. Rice mill biasanya justru jauh dari tempat pertanian. Tapi ini tempatnya tidak jauh, petani jadi tidak perlu ewuh pakewuh,” kata Puan dalam keterangan tertulis kepada Parlementaria, di Jakarta, Sabtu (13/1/2024)
Perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu mendorong agar inovasi pembangunan rice mill di dekat area sawah dapat diikuti oleh seluruh kabupaten/kota. Puan juga mendorong agar ada regenerasi pada sektor pertanian mengingat minat anak muda untuk menjadi petani sangat minim.
“Tingkatkan kualitas kesejahteraan petani, dan regenerasi petani. Cita-cita tinggi jangan sampai meninggalkan persoalan pangan,” tuturnya.
Setelah meresmikan penggilingan padi, Puan turun ke sawah-sawah di sekitar lokasi untuk mengecek area pertanian setempat. Ia pun tampak menyapa berbincang dengan para petani, termasuk para petani muda yang sedang bertani hidroponik.
Pada kesempatan ini, Puan juga meluncurkan program bisnis ‘Kita Tani Muda’ yang diinisiasi oleh sejumlah wirausahawan dan wirausahawati muda Semarang. Launching program inkubasi bisnis Kita Tani Muda dilakukan secara simbolis dengan mengetuk palu bersama Wali Kota Semarang.
Program Kita Tani Muda sendiri merupakan program inkubasi bisnis untuk wirausaha muda lokal Kota Semarang. Para wirausaha muda yang tergabung dalam program ini dimentori oleh berbagai founder stratup lokal hingga nasional. Program Kita Tani Muda diharapkan dapat menciptakan embrio wirausaha muda baru yang berbasis inovasi pertanian untuk Kota Semarang.
“Pangan adalah urusan hidup matinya sebuah bangsa. Maka sangat penting sekali kita bergotongroyong menjaga agar sektor pangan Indonesia menjadi semakin kuat,” ujar Politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini.
Kepada para wirausaha dan petani milenial yang hadir, Puan memberikan 3 pesan terkait pangan Indonesia.
“Hal awal yang penting adalah kita ingin pangan melimpah. Ingat kita punya 270 juta penduduk Indonesia yang perlu diberi makan. Jadi produksi pangan perlu ditingkatkan. Syukur-syukur kelebihannya bisa untuk ekspor,” ujarnya.
Pesan selanjutnya yang disampaikan Puan adalah mengenai kesejahteraan petani. Untuk meningkatkan produk pangan, ia menilai kesejahteraan petani menjadi salah satu unsur utama.
“Hal yang di tengah yang penting tentang pangan adalah kita ingin petani sejahtera. Setuju tidak? Kan kalau pangannya melimpah tapi petani tidak sejahtera kan tidak pantas. Jadi kita harus memikirkan tentang bantuan subsidi kepada petani, dan harga beli gabahnya di tingkat petaninya juga harus bagus,” papar Puan.
Oleh karenanya, mantan Menko PMK itu bersyukur dengan diresmikannya Rice Mill Unit (RMU) di Kelurahan Puwosari, Mijen. Puan mengatakan penggilingan padi di tengah area sawah akan sangat berguna bagi para petani, apalagi RMU ini dapat menampung 10 ton gabah kering dan per harinya bisa mengolah 5 ton.
“Sumber gabah kering dibeli dari petani oleh Badan Usaha Milik Petani (BUMP). Selain itu diperkirakan ada 6 kelompok tani yang bisa makin terbantu dengan adanya RMU ini. Itu sekitar 300 orang petani,” jelas mantan Menko PMK itu.
Puan kemudian menjelaskan hal penting ke-3 dalam pangan. Hal penting nomor 3 itu adalah inovasi. “Hal ke-3 yang penting ketika bicara pangan Indonesia adalah inovasi, inovasi, inovasi,” tegas Puan
“Jika kita ingin produksi pangan meningkat dan petani sejahtera, maka diperlukan inovasi, diperlukan terobosan,” sambungnya.
Untuk itu, Puan mengapresiasi program Kita Tani Muda. Ia yakin program ini akan memunculkan wirausaha muda baru yang berbasis inovasi pertanian.
“Saya minta sebagai inkubasi bisnis supaya Program Kita Tani Muda di Kota Semarang ini bisa menjadi pionir inovasi sektor pertanian. Tidak hanya untuk Kota Semarang tapi juga untuk Indonesia,” harap Puan.
“Program ini juga harus sudah menyentuh dan memaksimalkan penggunaan tekonologi pertanian yang sudah banyak digunakan di negara-negara lain. Ingat yang tadi ada 3. Tiga hal penting yang perlu menjadi perhatian kita semua untuk pangan Indonesia,” lanjutnya.
Dalam kesempatan tersebut, Puan turut berdialog dengan anak-anak muda yang memilih menjadi petani hidroponik. Salah satunya adalah Sandi, pemilik Buana Farm yang merupakan usaha pertanian hidroponik yang sudah cukup maju.
“Mas Sandi, ceritakan gimana sih kok bisa kamu sugih (kaya),” tanya Puan.
Sandi yang masih berusia 28 tahun itu kemudian bercerita awalnya ia bekerja pada sektor konstruksi di Jakarta, tepatnya di Jaya konstruksi. Ia mengaku sebenarnya menyukai pertanian, namun tidak mau kotor-kotoran. Akhirnya pada tahun 2019, Sandi memutuskan membuat usaha pertanian hidroponik bermodalkan Rp 2 juta yang bisa membuat 500 lubang tanam di ruangan 4×2 meter.
“Sekarang ada 25.000 lubang tanam dan penghasilan minimal Rp 20 juta. Tapi Hidroponik susahnya di pemasaran, kualitas quality control harus bisa dipenuhi agar harga jual berlipat dari harga pasar, supaya bisa masuk resto hotel,” kisah Sandi.
Saat pandemi Covid-19, usaha Sandi semakin menanjak karena hidroponik menjadi disukai masyarakat sehingga permintaan produk tani hidroponik semakin meningkat. Meski begitu, Sandi mengaku harus selalu disiplin dalam merawat bisnisnya.
“Panen sayur setiap subuh. Pemasaran langsung ke end user, tidak via tengkulak. Tidak pake proposal tapi langsung ke resto dan pembeli,” sebutnya.
Sandi pun menyebut pertanian hidroponik memiliki tantangan di pemasaran. Saat ini ia mulai memasarkan hasil pertaniannya lewat jalur digital dan memilih pasar yang berbeda dengan petani tradisional.
“Kalau di pasar murah, harus tingkatkan value agar diterima di resto dan hotel. Kita ajukan proposal ke resto dan hotel, dan buat konten medsos sebagai digital marketing,” terang Sandi.
Kepada Puan, Sandi juga menyalurkan aspirasi yang dihadapi petani-petani milenial.
“Anak muda tidak punya dana atau lahan. Ini jadi faktor. Lahan-lahan milik kelurahan kalau bisa bagi hasil dengan petani yang usahanya jalan. Kelayakan bisa dicek bertingkat, melalui pemkot hingga pemprov,” usulnya.
Sementara itu, petani milenial lainnya bernama Khafidz mengaku berhasil mendapatkan omset Rp 40 juta dalam sebulan dari hasil hidroponik. Ia pun berharap dapat mendapat bantuan dari Pemerintah dengan lebih efektif.
“Akses bantuan jangan selalu lewat poktan (kelompok tani), tapi juga ke individu yang terbukti bagus bisa diberikan juga. Karena untuk yang tidak punya kelompok agak susah jadinya,” kata Khafidz.
Puan menyatakan siap menyalurkan aspiradi para petani muda ini kepada pihak Pemerintah. Dalam acara tersebut, Puan juga diminta mengukuhkan Duta Wiramuda (wakil gerakan wirausahawan dan wirausahawati muda) Semarang dengan pengalungan selendang. (rdn)