#Kesejahteraan Rakyat

Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonominya Timpang, Kabupaten Lebak Dimintai Masukan Terkait RPJPN

Wakil Ketua BURT DPR RI sekaligus Anggota Komisi III DPR RI Achmad Dimyati Natakusumah, saat menghadiri Focus Group Discussion Badan Keahlian DPR RI, di Universitas La Tansa Mashiro, Rangkas Bitung, Lebak, Banten, Selasa (28/11/2023). Foto: Nadya/nr.
Wakil Ketua BURT DPR RI sekaligus Anggota Komisi III DPR RI Achmad Dimyati Natakusumah, saat menghadiri Focus Group Discussion Badan Keahlian DPR RI, di Universitas La Tansa Mashiro, Rangkas Bitung, Lebak, Banten, Selasa (28/11/2023). Foto: Nadya/nr.

PARLEMENTARIA, Lebak – Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang memiliki sumber daya alam dan bonus demografi yang cukup. Namun sayangnya terjadi ketimpangan yang terpaut tinggi dalam hal pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.

Hal itu diungkapkan Wakil Ketua Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR RI sekaligus Anggota Komisi III DPR RI Achmad Dimyati Natakusumah, saat menjadi Keynote Speaker dalam Focus Group Discussion Badan Keahlian DPR RI, dengan tema; “Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2025-2045 Dalam Perspektif Pembangunan Daerah,” di Universitas La Tansa Mashiro, Rangkas Bitung, Lebak, Banten, Selasa (28/11/2023).

“Kenapa Lebak, karena tadi Lebak itu SDA-nya luar biasa, bonus demografinya luar biasa, kan harus mendapatkan pendapatan yang besar dan juga masyarakatnya pertumbuhan ekonomi masyarakatnya bagus, tapi kenyataannya terjadi gap properti yang begitu tinggi sekali, kan itu kalau tidak salah itu hampir 70 persen gap nya, maka dengan sendirinya kita ambil disini supaya jadi percontohan,” katanya.

Menurut Dimyati, dalam penyusunan RPJPN dimulai dari menyusun kebutuhan daerah-daerah hingga Nasional, salah satunya melalui Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan).

Selain itu, penyusunan RPJPN ini juga perlu menerapkan teori 5M, yaitu mengevaluasi, merencanakan, mendata, mereview dan memverifikasi setiap perencanaan yang ada, dengan harapan terwujudnya Indonesia emas di masa yang akan datang.

“5M pertama adalah mengevaluasi tahun ini dan sebelumnya, maka dengan sendirinya kita akan membicarakan ke depan, setelah mengevaluasi kita baru merencanakan dan juga mendata semua persoalan yang ada, setelah merencanakan baru kita melakukan action namanya melaksanakan apa-apa yang ada, setelah itu baru me-review dan juga melakukan verifikasi yang ada, sehingga terlihat hasilnya ke depan seperti apa, harapannya sehingga menuju Indonesia emas seperti apa,” ungkapnya.

Dimyati juga melanjutkan, dengan adanya diskusi tersebut, harapannya pembangunan yang ada nantinya bisa merata seluruh Indonesia, tidak seperti saat ini dimana pertumbuhan ekonomi masih tersentralisasi di Jakarta dan Kalimantan Timur.

“Secara otomatis, akhirnya akan merata semuanya sehingga menjadikan Indonesia lebih baik lagi, bukan hanya di tempat Jakarta saja, kalau yang tertinggi ekonomi grownya itu adalah Jakarta dan Kaltim, Banten malah dibawah, termasuk 20 provinsi paling bawah, maka yang tengah itu Jabar Jateng, maka kita ingin meningkat menjadi yang di middle baru kita diatas,” tandasnya.

Dimyati pun menuturkan, diskusi yang dilakukan di universitas dengan para civitas akademika seperti yang telah berlangsung tadi, merupakan salah satu bentuk pendalaman keilmuan dan pengetahuan yang ada, agar semuanya nanti dapat terorganisir dengan baik.

“Ilmu itu adanya di perguruan tinggi, adanya di universitas, adanya di kampus-kampus di sekolah-sekolah yang ada, maka dengan sendirinya ilmunya itu harus mumpuni, ilmu apa? Ilmu ekonomi, ilmu terkait dengan planning, ilmu yang terkait dengan bagaimana keuangan, jadi sehingga semua akan terorganisir dengan baik, terus juga kita di kampus juga sebagai pemikir, memberikan masukan yang berarti, kan mereka rata-rata memiliki keilmuan memiliki pengetahuan yang bagus,” tutupnya. •ndy/aha

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *