Dyah Roro Apresiasi Program Pemberian Bantuan Konkit BBM ke BBG untuk Nelayan dan Petani di Lamongan
- 0
- 3 min read
Anggota Komisi VII DPR RI Dyah Roro Esti dalam foto bersama usai Sosialisasi Teknis dan Pendistribusi Paket Konverter Kit (Konkit) Bahan bakar minyak (BBM) ke liquefied petroleum gas (LPG) untuk nelayan di Desa Pomahanjanggan, Kecamatan Turi Lamongan, Jawa Timur. Foto: Ist/nr.
Anggota Komisi VII DPR RI Dyah Roro Esti menilai program pemberian bantuan konverter kit (Konkit) Bahan Bakar Minyak ke BBG (Bahan bakar gas) ke petani dan nelayan sangat penting dalam mendukung diversifikasi energi. Oleh karenanya pihaknya sangat mengapresiasi program tersebut.
Hal itu disampaikan Roro dalam acara Sosialisasi Teknis dan Pendistribusi Paket Konverter Kit (Konkit) Bahan bakar minyak (BBM) ke liquefied petroleum gas (LPG) untuk nelayan di Desa Pomahanjanggan, Kecamatan Turi Lamongan, Jawa Timur, Kamis (12/10/2023) lalu. Sementara pendistribusian BBM ke BBG untuk petani di Lamongan dilaksanakan keesok hariannya di Dinas Ketahanan Pangan, Lamongan pada Jumat (13/10/2023)
“Program konkit BBM ke BBG merupakan salah satu program yang mendukung diversifikasi energi. Selain sudah dikenal oleh masyarakat, pemilihan BBG sebagai energi alternatif juga dinilai lebih bersih dibanding penggunaan menggunakan BBM. Program konversi ini sangat menguntungkan bagi masyarakat, khususnya para petani dan nelayan. Sebab, mereka dapat menghemat pengeluaran pemakaian BBM dengan beralih ke penggunaan BBG. Kemudian, penggunaan menggunakan BBG juga berdampak lebih baik bagi lingkungan dibandingkan BBM. Dikarenakan penggunaan gas emisi lebih sedikit. Oleh karenanya saya sangat mengapresiasi program ini,” ujarnya dalam keterangan tertulis kepada Parlementaria, Sabtu (14/10/2023).
Politisi muda dari Fraksi Partai Golkar ini menjelaskan bahwa paket bantuan tersebut sangat bermanfaat dan membantu para nelayan dan juga para petani di Lamongan ketika mereka sedang bekerja, sehingga pengeluaran dapat lebih berkurang ketika menggunakan BBG dibandingkan BBM yang lebih banyak mengeluarkan biaya.
Menurut nelayan, 1 tabung atau 3 kg elpiji setara dengan 7 liter BBM. Jelas sangat menghemat pengeluaran, dikarena gas 3 kg bisa didapatkan dengan mengeluarkan Rp 20,000. Sedangkan jika menggunakan BBM yakni, pertalite sebanyak 7 liter nelayan harus mengeluarkan uang sebesar Rp 70,000. Dengan begitu Konkit dari BBM ke BBG dapat mengurangi biaya operasional sampai dengan 50% dibandingkan dengan penggunaan BBM.
Tidak hanya itu, ditambahkan Roro, penyaluran program konversi BBM ke BBG tersebut juga sudah menggunakan produk dari dalam negeri. Ia juga juga mengatakan akan selalu mendorong implementasi TKDN (tingkat komponen dalam negeri) yang ada di seluruh Indonesia. Hal tersebut menunjukan rasa cinta dan bangga kita terhadap produk dalam negeri. Selain yang utama mendatangkan keuntungan dari sisi ekonomi.
“Alhamdulillah mesin konverter kit tahun ini hasil produk dalam negeri merek Shark. Kita harus bangga karena menggunakan produk dalam negeri, dalam rangka mendukung TKDN lebih dari 40%. Bagaimana kita bangga terhadap produk Indonesia, dengan cara mensupport produk negeri kita sendiri agar multiplier effect dari segi ekonomi bisa lebih dirasakan secara keseluruhan oleh seluruh masyarakat di Indonesia”, ungkapnya.
Sebagai informasi, Menteri Energi dan Sumber daya mineral, Arifin Tasrif sempat menyampaikan bahwa pada tahun ini, konkit yang akan dibagikan kepada nelayan sebanyak 20.000 unit dengan anggaran sebesar Rp208,2 miliar. Jika dibandingkan dengan tahun 2022, konkit untuk petani mengalami peningkatan sebanyak 10.000 paket, dimana tahun ini yang dibagikan untuk petani hanya 20.000 paket. Jumlah konverter kit yang didistribusikan pada tahun 2023 sejumlah 439 unit di Kabupaten Lamongan.
Dalam sosialisasi konkit untuk nelayan di Kabupaten Lamongan tersebut hadir juga Hendrio Setia Budi selaku Kepala Bidang Perikanan Kabupaten Lamongan dan Kepala Desa Pomahanjanggan, yaitu Hasan Bisri. Kemudian, dalam pendistribusian konkit untuk petani dihadiri oleh Turino Junaidi dari Dinas Ketahanan Pangan dan Hery Tjahjono dari Ditjen Migas. •ayu/rdn