KUNKERKOMISI VI
LRT Harus Terkoneksi ke Berbagai Moda Transportasi

Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Martin Manurung mengingatkan Light Rail Transit (LRT) yang menghubungkan beberapa kota meliputi Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodebek) harus terkoneksi dengan berbagai moda transportasi yang ada di sekitar wilayah tersebut. Mengingat, LRT nanti melintasi wilayah Jakarta hingga Depok dan Bekasi dimana fasilitas transportasi yang dimiliki berbeda-beda di tiap kota, seperti angkot, Trans Jakarta, dan transportasi lainnya.
Martin menyampaikan ini dalam sambutannya saat memimpin Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VI DPR RI yang meninjau kesiapan LRT Jabodebek di Stasiun Harjamukti, Depok, Provinsi Jawa Barat, Jumat (27/1/2023) silam. “Satu catatan saya, jangan lupa ke depan LTR ini harus bisa terkoneksi dengan berbagai moda transportasi yang ada di kota lainnya seperti angkot, Trans Jakarta, dan lainnya. Nah, ini challenge tersendiri ke depan agar LRT kita sama dengan LRT di luar negeri yang tidak perlu repot-repot membeli karcis yang berbeda-beda,” ujar Martin.
Tak hanya itu, Martin menegaskan aspek keselamatan LRT Jabodebek wajib menjadi aspek terpenting. Tujuannya, tandas Martin, agar trust masyarakat terhadap transportasi publik nasional semakin bagus. “Dan tentu kalau berhasil, maka ini akan mengurangi kepadatan dan tingkat kemacetan yang ada di Jabodebek,” tandas politisi Fraksi Partai Nasdem ini.
Lebih lanjut, Martin menyampaikan apresiasi dan terimakasih atas sambutan segenap mitra kerja BUMN yaitu PT ADHI Karya (Persero), PT Industri Kereta Api atau PT INKA (Persero) dan PT KAI (Persero) saat Komisi VI DPR RI meninjau LRT Jabodebek itu. “Dan tentu kita harapkan ini menjadi satu kisah sukses kedepan agar negara kita ini juga memiliki sistem transportasi LRT yang melengkapi keseluruhan moda transprotasi lainnya,” pungkas Martin.
Sementara itu, Direktur Operasi PT INKA (Persero) I Gede Agus Prayatna menjelaskan bahwa 1 trainset atau rangkaian LRT Jabodebek terdiri dari 6 kereta yang mampu memuat 1300 ketika full load. “Satu trainset LRT ini terdiri dari 6 kereta, jumlah penumpang yang bisa diangkut 170 orang duduk dan 566 berdiri. Dalam keadaan full load bisa mengangkut penumpang hingga 1300 orang,” ungkap Gede.
Gede juga menambahkan bahwa LRT Jabodebek sudah mendapat sertifikasi dari Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA)untuk GOA3 yakni sistem kereta tanpa masinis. “Dari 31 trainset sudah di sertifikasi DJKA. Untuk next GOA 3 kami sudah menyiapkan engineering. Selanjutnya sudah mendapat penugasan untuk kontrak MSA (Maintenance Service Agreement) sampai 5 tahun dan kita juga akan siapkan,” papar Gede.
Sementara itu, tim Komisi VI DPR RI yang berkunjung ke Tangerang Selatan, meninjau pembangunan rumah susun (Rusun). Pembangunan Rusunyang bernama Rusun Samesta Mahata ini diparesiasi, karena berbasis Transit Oriented Development (TOD) berada di Stasiun Rawa Buntu, Kota Tangerang Selatan, Banten. Ini merupakan sinergi antara Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Perumahan, dengan Kementerian Perhubungan, PT. KAI dan, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Apresiasi tersebut disampaikan Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Aria Bima pada saat memimpin Kunjungan Kerja Spesifik (Kunsfik) Komisi VI DPR RI di lokasi pembangunan Rusun Samesta Mahata. “Kami sangat mengapresiasi pembangunan Rumah Susun berbasis TOD ini karena memang masyarakat sangat membutuhkan hunian yang dekat dengan sarana transportasi,” ujarnya, Jum’at (27/01/2023).
Menurut politisi PDI Perjuangan ini, rusun berbasis TOD merupakan hunian alternatif selain rumah tapak yang dapat menjadi pilihan tempat tinggal masyarakat. Untuk itu, sinergi antara kementerian/lembaga pemerintah dengan BUMN sangat dibutuhkan. Nanti Rusun yang dibangun di kawasan Stasiun Rawa Buntu akan memiliki dua tower khusus untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), sehingga tidak hanya untuk komersial.

Lebih lanjut, Aria menjelaskan konsep hunian berbasis TOD merupakan upaya pengembangan perkotaan yang menuntut keterpaduan antar pola dan struktur ruang wilayah. Hal itu mulai dari perumahan, komersial, dan ruang rekreasi dengan sarana transportasi umum yang dapat dijangkau masyarakat dengan berjalan kaki.
“Salah satu keuntungan tinggal bagi masyarakat di TOD adalah mereka bisa diantar jemput kereta api saat melakukan mobilisasi dari tempat tinggal ke tempat kerja. Jadi, ada integrasi antara hunian dengan transportasi massa misalnya Commuter Line,” terang Politisi Fraksi PDI Perjuangan itu.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Perum Perumnas, Budi Saddewa Soediro mengatakan selain Rusun Samesta Mahata Serpong, saat ini juga ada beberapa Rusun berkonsep TOD yang juga sedang dalam proses pembangunan, yaitu Rusun TOD di Stasiun Tanjung Barat, Stasiun Pondok Cina dan Stasiun MRT Lebak Bulus.
Menurutnya, terdapat keuntungan lain yang dapat diperoleh masyarakat jika nantinya memilih tinggal di rumah susun TOD. Keuntungannya adalah tersedianya hunian layak, transportasi murah-mudah, dan yang paling penting bisa ikut serta dalam mengurangi polusi udara karena penggunaan kendaraan pribadi bisa berkurang.
Budi Saddewa Soediro menerangkan Rusun TOD Rawa Buntu merupakan proyek sinergi BUMN, di mana penyediaan lahannya dilakukan oleh PT. KAI dan pembangunannya oleh Perumnas dengan kontraktor PT. Adhi Karya. Rusun berkonsep TOD dibangun oleh Perum Perumnas di kawasan Stasiun Rawa Buntu Serpong, Tangerang Selatan.
Rusun tersebut berada di atas lahan seluas 24.626 meter persegi dan dibangun sebanyak enam tower dengan total hunian sebanyak 3.632 unit. Pada tahap pertama dibangun sebanyak tiga tower terdiri dari 1.816 unit terbagi menjadi 330 hunian subsidi dan 1.486 hunian non subsidi. pun, man/mh