18 June 2025
Politik dan Keamanan

BKSAP Soroti Stagnasi Perdagangan Intra-OKI dan Dorong Akselerasi SDG

  • Mei 14, 2025
  • 0

Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Ravindra Airlangga, dalam 11th Meeting of the Specialised Standing Committee on Economic Affairs and the Environment, bagian dari rangkaian Konferensi ke-19 Persatuan Parlemen Negara-Negara Anggota OKI (PUIC) di Gedung Nusantara, Senayan, Jakarta, Selasa (13/5/2025). Foto: Mentari/vel.
Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Ravindra Airlangga, dalam 11th Meeting of the Specialised Standing Committee on Economic Affairs and the Environment, bagian dari rangkaian Konferensi ke-19 Persatuan Parlemen Negara-Negara Anggota OKI (PUIC) di Gedung Nusantara, Senayan, Jakarta, Selasa (13/5/2025). Foto: Mentari/vel.

PARLEMENTARIA, Jakarta – Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Ravindra Airlangga, menyoroti rendahnya tingkat perdagangan antarnegara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan menyerukan perlunya upaya konkret untuk meningkatkan integrasi ekonomi dan keberlanjutan lingkungan. Hal ini disampaikannya dalam 11th Meeting of the Specialised Standing Committee on Economic Affairs and the Environment, bagian dari rangkaian Konferensi ke-19 Persatuan Parlemen Negara-Negara Anggota OKI (PUIC).

Ravindra mengungkapkan keprihatinannya atas stagnasi perdagangan intra-OKI yang masih bertahan di angka 19 persen sejak 2019, jauh di bawah kawasan seperti Uni Eropa (60 persen) dan ASEAN (25 persen).

“Porsi perdagangan antarnegara OKI stagnan sejak 2019. Sementara di EU sudah mencapai 60 persen dan ASEAN 25 persen. Kita harus mendorong peningkatan perdagangan intra-OKI agar potensi besar yang kita miliki tidak terus tertinggal,” ujarnya di Gedung Nusantara, Senayan, Jakarta, Selasa (13/5/2025).

Ia juga mencatat bahwa pertumbuhan volume perdagangan antarnegara OKI dari 2022 ke 2023 hanya sekitar 1,23 persen, padahal permintaan global terhadap produk halal terus meningkat secara signifikan. Berdasarkan data OIC Halal Muslim Dashboard, konsumsi produk halal diproyeksikan mencapai USD 2,49 triliun pada 2026, naik dari USD 1,66 triliun pada 2021.

“Ironisnya, mayoritas produk halal yang beredar saat ini tidak berasal dari negara-negara OKI. Padahal kita punya kesamaan kepercayaan dan demografi. Ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama,” tegas Ravindra.

Untuk menjawab tantangan ini, Ravindra menekankan perlunya penciptaan inkubator startup di negara-negara OKI, mengingat lebih dari 20 persen populasi muda dunia berada di kawasan ini. Ia meyakini generasi muda memiliki peran strategis dalam mendongkrak inovasi, memperkuat ekonomi digital, dan meningkatkan daya saing kawasan.

Di sisi lain, Ravindra juga menyoroti pentingnya komitmen terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG). Ia menyampaikan bahwa dunia secara keseluruhan baru mencapai 17 persen dari target SDG 2030, sehingga negara-negara OKI perlu memperkuat langkah kolektif dalam akselerasi pencapaiannya.

“Dalam resolusi PUIC ini, kita perlu menekankan kembali komitmen bersama untuk mencapai SDG. Termasuk dalam perlindungan lingkungan, sumber daya alam, dan kawasan pesisir. Semua ini penting agar bisa diwariskan secara berkelanjutan lintas generasi,” pungkasnya. •we/aha

EMedia DPR RI