PARLEMENTARIA, Jakarta – Pemerintah merilis data pertumbuhan ekonomi triwulan I 2024 sebesar 5,1 persen (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,04% (yoy). Anggota Komisi XI DPR RI, Andreas Eddy Susetyo meminta Bank Indonesia untuk hati-hati mencermati angka tersebut lantaran lonjakan pertumbuhan hanya terlihat pada konsumsi pemerintah.
“Kita harus cermati dengan hati-hati karena kalau kita lihat di triwulan pertama itu yang bertumbuh tinggi itu adalah konsumsi pemerintah, kalau kita lihat ini adalah pengeluaran pemerintah karena adanya Bansos dan rangkaian pemilu. Kita bandingkan dengan konsumsi rumah tangganya yang tumbuh rendah sebetulnya,” kata Andreas saat Rapat Kerja Komisi XI dengan Gubernur Bank Indonesia di Gedung Nusantara I, DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (24/6/2024).
Dalam paparan yang disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia, tercantum bahwa pertumbuhan PDB (yoy) pada triwulan 1 tahun 2024 adalah 5,11 persen dan diperkirakan hal tersebut didorong oleh permintaan domestik. Adapun pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 4,91 persen, lebih tinggi dari periode yang sama di tahun 2024 yaitu 4,53 persen dan triwulan sebelumnya yang berada di angka 4,47 persen.
Seperti yang disampaikan oleh Andreas, lonjakan pertumbuhan terjadi pada pos konsumsi pemerintah. Tercantum pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan 1 tahun 2024 menyentuh angka 19,90 persen, melesat dari periode yang sama di tahun 2023 yang hanya 3,31 persen dan triwulan sebelumnya yang hanya 2,81 persen.
Lonjakan pertumbuhan pada belanja pemerintah lantas disinyalir diakibatkan dari sejumlah bantuan sosial (bansos) yang digelontorkan pada awal tahun. Selain itu, gelaran pesta demokrasi, Pemilu 2024 di bulan februari lalu juga dinilai memiliki berkontribusi besar pada belanja pemerintah.
Hal lain yang menjadi sorotan politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini adalah tingkat inflasi inti yang ikut tertekan yaitu 1,77 persen pada triwulan 1 tahun 2024 dibandingkan dengan inflasi inti triwulan 1 tahun 2023 yang berada pada level 2,94 persen.
“Terus kalau kita lihat inflasi inti ya Ini juga tertekan, nah ini menunjukkan bahwa sebetulnya daya beli kita tidak baik-baik saja Pak Gub. Jadi, catatannya menurut saya, ini hati-hati di dalam mencermati pertumbuhan yang 5,11 (persen) ini sebenarnya kalau kita lihat mungkin pertumbuhan tanpa adanya Bansos dan pemilu ini akan lebih rendah dari 5 persen,” ujar legislator Dapil Jawa Timur IV itu.
Lebih lanjut, untuk memperkuat masukannya, Andreas mengemukakan bahwa telah terjadi perlambatan pertumbuhan penerimaan perpajakan triwulan pertama. Menurutnya hal itu mengindikasikan bahwa pertumbuhan yang terjadi pada triwulan 1 tahun 2024 disokong kuat oleh pemilu dan pengeluaran Bansos. •uc/rdn