BKSAP Harap Sivitas Akademika UMY Bangun Kerja Sama ‘People to People’ Berdampak pada Hubungan Internasional
- 0
- 4 min read
Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI Sukamta saat memimpin acara BKSAP SDG’s Day dengan tema ‘Diplomasi Parlemen: Menjembatani kepentingan nasional dan memperkuat peran Indonesia di kancah global’ di Kampus UMY, Yogyakarta, Selasa (30/01/2024). Foto: Nadia/Man.
PARLEMENTARIA, Yogyakarta – Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI Sukamta berharap Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dapat mendorong, baik kampus maupun mahasiswanya, dapat membangun kerja sama people to people dengan negara lain. Sehingga, kerja sama itu dapat membuat sistem maupun tools yang dapat memecahkan persoalan regional yang berdampak pada hubungan internasional.
Hal tersebut diungkapkan saat memimpin acara BKSAP SDG’s Day dengan tema ‘Diplomasi Parlemen: Menjembatani kepentingan nasional dan memperkuat peran Indonesia di kancah global’. Pertemuan dihadiri oleh staf ahli bupati, wakil ketua DPRD Bantul juga Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan AIK UMY.
“Jadi setidak-tidaknya kampus baik itu pejabat struktural kampus maupun mahasiswanya, itu tahu persoalan konkret riil terkait dengan pemasaran produk pertanian, maupun hubungan diplomasi antara satu negara dengan negara yang lain. Sehingga, harapan kami teman-teman di kampus itu bisa menindaklanjuti dengan cara-cara akademis,” kata Sukamta, di Kampus UMY, Yogyakarta, Selasa (30/01/2024).
Dari diskusi yang terjalin, Sukamta menyatakan, bahwa antusiasme mahasiswa UMY terhadap dialog yang diselenggarakan cukup antusias. Hal itu terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan cukup kritis. Sehingga, hal ini menjadi tolok ukur keberhasilan BKSAP SDG’s Day yang diselenggarakan.
“Jadi kami (BKSAP) mungkin akan bisa memfasilitasi mereka untuk membuat hubungan antarkampus atau antarmahasiswa”
“Karena salah satu tujuan kita adalah untuk berinteraksi berdialog, dan mendialogkan tentang peran BKSAP ke kampus, ke mahasiswa dan sekaligus minta feedback, minta masukan. Dan barangkali dari apa yang kita paparkan tadi itu mendorong mahasiswa untuk tergerak melakukan follow up, misalnya membuat hubungan kerjasama people to people,antar satu negara dengan UMY dan sebaliknya, dari UMY ke negara-negara tertentu yang menjadi mitra kami. Jadi kami mungkin akan bisa memfasilitasi mereka untuk membuat hubungan antarkampus atau antarmahasiswa,” papar Politisi Fraksi PKS ini.
Sukamta pun menjelaskan alasan pentingnya keterlibatan mahasiswa atau kampus dalam mengurai persoalan regional sampai ke internasional. Hal ini dikarenakan banyak sekali persoalan di akar rumput (grassroot) kita yang berdampak pada hubungan internasional.
“Contohnya, perdagangan hasil pertanian dan lain sebagainya. Di mana saat ini Pemerintah kita hanya fokus pada hilirisasi nikel dan hal-hal yang erat kaitannya dengan sektor energi. Sementara, hal-hal yang justru berpengaruh pada masyarakat secara langsung tidak terlalu menjadi perhatian,” jelas Anggota Komisi I DPR RI ini.
Dampaknya hasil pertanian kita yang kualitasnya lebih baik dari negara lain, secara tidak langsung justru diakui sebagai hasil pertanian negara lain. Maka, Sukamta merasa mahasiswa ataupun kampus memiliki tugas untuk menindaklanjuti hal-hal tersebut secara akademis.
“Misalnya untuk jurusan pertanian ya, karena persoalan kita bukan hanya produksi saja, tapi juga pasca panen. Lalu pemasaran (packaging) sampai pemasaran, how to sell the product. Mudah-mudahan nanti di Jurusan Pertanian l UMY ini juga diajarkan juga tema-tema itu. Sehingga, lulusan UMY itu bisa mengambil peran langsung atau membimbing masyarakat terkait dengan pasca panennya, bukan hanya bagaimana memproduksinya, tapi juga menjualnya. Itu yang tidak kalah penting dan itu salah satunya adalah karena tadi kita temukan persoalan-persoalan itu di lapangan dalam konteks diplomasi dengan negara lain,” tandasnya.
Di sisi lain, Sukamta berharap mahasiswa memiliki pemahaman untuk scanning persoalan, sehingga dengan pemahaman tersebut dapat menghasilkan kreatifitas secara intelektual maupun ilmiah.
“Ya itu harapan kita begitu, kita jelaskan persoalan detailnya apa yang terjadi, dan bagaimana caranya, mudah-mudahan mahasiswa itu punya pemahaman dan gambaran yang utuh tentang suatu sistem ekonomi pertanian. Sehingga nanti dari pemahaman scanning persoalan itu mereka akan punya kreativitas secara intelektual secara ilmiah untuk mencari solusinya,” ungkapnya.
“Sehingga nanti dari pemahaman scanning persoalan itu mereka akan punya kreativitas secara intelektual secara ilmiah untuk mencari solusinya”
Sementara itu, Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan, Alumni, Dan AIK UMY Muhammad Faris Al-Fadhat mengatakan, diskusi yang diselenggarakan BKSAP DPR RI sangatlah baik dan membuka wawasan mahasiswa. Terutama, soal peran parlemen yang sangat penting yang perlu didorong lebih besar lagi. Karena diplomasi dalam suatu hubungan antar negara, jika secara diplomasi tidak kuat, maka kepentingan nasional akan terabaikan.
“Peran dari multi actors ini penting sekali, Pemerintah eksekutif sebagai terdepan tentu saja, tapi parlemen ternyata sangat penting, karena kita melihat beberapa negara yang parlementer ini peran dari parlemennya kuat sehingga parlemen bisa masuk di situ. Tentu juga selain itu adalah mahasiswa harus tahu juga bahwa peran diplomasi ini dilakukan oleh begitu banyak pihak, cara ini penting untuk membuka cakrawala termasuk khususnya mahasiswa kami agar kacamata untuk melihat diplomasi ini semakin luas,” tutupnya.
Turut hadir dalam BKSAP SDG’s Day di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Wakil Ketua BKSAP DPR RI Putu Supadma Rudana dan Anggota BKSAP DPR RI Syahrul Aidi Maza’at. •ndy/rdn
- BKSAP